My Blog


Sunday, December 21, 2008

Mother is the best super Hero

Mother is the best super hero in the world
Oleh : didik luv mom

Mumpung Ibu Masih ada, coba saat BELIAU tidur saat matanya terpejam kamu tatap wajahnya itu 5 menit saja, kamu akan tau bagaimana rasanya nanti bila wajah itu sudah tak ada di situ...

Lakukan apapun yang bisa kamu lakukan untuknya...

LAKUKAN SEKARANG teman2ku sayang, bukan besok atau 5 menit lg karena mungkin sekedip matamu dia akan pergi tak kembali...
Klo sudah terlanjur ga ada, yaaahhh jangan lupa doa ma TUHAN. Segala macam doa deh. Miss U Mum...
Luv U all

Ini adalah mengenai nilai kasih Ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan sekeping kertas yang bertuliskan sesuatu, si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang diulurkan oleh si anak dan membacanya.

Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke warung: Rp20.000
2) Menjaga adik: Rp20.000
3) Membuang sampah: Rp5.000
4) Membereskan tempat tidur: Rp10.000
5) Menyiram bunga: Rp15.000
6) Menyapu halaman: Rp15.000
Jumlah: Rp85.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama:
1) Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu: GRATIS
4) Ongkos khawatir krn memikirkan keadaanmu: GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu: GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku: GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu". Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar"

LUv Mom I miss u forever
Mother is the best super hero in the world.


Dikutip dari http://dudung.net

Friday, December 19, 2008

Menyibak Kemilau Harapan di tengah Gelombang Fitnah Akhir Zaman

Menyibak Kemilau Harapan di tengah Gelombang Fitnah Akhir Zaman
Oleh: H. Budi Suherdiman Januardi

Judul tulisan ini berkenaan dengan salah satu Rukun Iman yaitu iman pada Hari Akhir. Karena keimanan kita pada hari akhir termasuk di dalamnya adalah mengimani pada berbagai tanda yang akan menyertainya. Untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai hal tersebut tiada sumber lain kecuali dari Al Quran dan Hadits Rasululloh Saw. Hari Kiamat (akhir zaman) yang merupakan salah satu fase dari Hari Akhir, kapan waktu terjadinya, tiada seorang makhlukpun yang mengetahuinya kecuali hanya Alloh Swt sendiri:

- Dalam Al Quran Surat Al A’raf (7) ayat 187 Alloh Swt berfirman:

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"

- Dalam Hadits Riwayat Muslim dan Ibnu Majah, ditegaskan bahwa Malaikat Jibril-pun tidak mengetahuinya dengan mengatakan: “Yang ditanya tentang kiamat tidak lebih tahu daripada yang bertanya”.

- Hanya secara umum ada penjelasan Rasululloh Saw bahwa waktu terjadinya hari kiamat memang sangat dekat. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Sahal bin Saad ra, ia berkata: Aku mendengar Nabi Saw bersabda sambil memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah: ‘Waktu aku diutus (menjadi rasul) dan waktu hari kiamat adalah seperti ini (mengisyaratkan dekatnya waktu kiamat)’.

Dengan kasih-sayang Alloh Swt pada umat Islam di akhir zaman, Alloh Swt melalui lisan Rasululloh Saw telah memberitahukan bahwa menjelang terjadinya hari kiamat akan terjadi beberapa peristiwa yang merupakan tanda yang akan menyertainya:

- Tanda kiamat pertama adalah diutusnya Nabi Muhammad Saw ;
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran dan berbagai hadits, menjelang datangnya akhir zaman, dunia akan dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang bersifat fitnah. Fitnah dalam pengertian munculnya berbagai cobaan dan ujian. Alloh Swt memperingatkan kita dalam Al Quran dengan :
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan (fitnah) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya”. (QS. Al Anfal (8): 25).

Sedangkan dalam Hadits banyak disebutkan beraneka jenis fitnah yang akan terjadi. Diantara fitnah-fitnah tersebut adalah:
- "Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah, dimana fitnah itu seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seorang masih beriman, tetapi di sore hari telah menjadi kafir dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir" (HR. Muslim: Kitabul Iman no. 269)

- “Tidak akan tiba hari kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi" (Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fitan (XIII/81-82, Al-Fath))

- “Sebagian umatku yang dirahmati, mereka tidak dihisab dan tidak disiksa sama sekali di akhirat, siksa yang pernah dialaminya adalah pembunuhan, gempa dan fitnah-fitnah” (HR. Hakim);

- “Sungguh diantara tanda kiamat adalah....maraknya kematian secara mendadak” (HR. Bukhari).

- Mengenai beberapa tanda kiamat besar sebagaimana yang disebutkan dalam Hadits , terdiri dari 10 tanda yaitu: Keluarnya asap tebal; Munculnya Dajjal; Munculnya binatang melata; Terbitnya matahari dari tempat terbenamnya (Barat); Turunnya ’Isa Ibnu Maryam; Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; Tiga pembenaman bumi di Timur, di Barat, dan di semenanjung Arabia; serta keluarnya api dari Yaman yang akan menghalau manusia sampai ke tempat mereka berhimpun.

- ”Sesungguhnya tidak ada fitnah di muka bumi ini semenjak Alloh menciptakan keturunan Adam sehingga hari kiamat tiba yang lebih besar dari fitnah Dajjal ” (HR. Muslim).

Akan tetapi di tengan terjadinya berbagai gelombang fitnah akhir zaman yang sedang dan akan terjadi, terdapat kemilau harapan adanya sebuah janji dari Alloh Swt yaitu akan berjayanya kembali Islam dan umatnya guna menata kehidupan dunia ke arah yang beradab dan penuh dengan rahmatan lil ‘alamin. Di balik terjadinya berbagai fitnah itu, pada akhirnya umat Islam akan merasakan “happy ending”. Janji itu dapat kita simak dalam Al Quran Surat An Nuur (24) ayat 55 :

“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa Dia sungguh benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.

Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir menerangkan bahwa hal tersebut merupakan janji Alloh kepada Rasulullah Saw, bahwa Alloh akan menjadikan umat Nabi Muhammad Saw sebagai para pemimpin di muka bumi ini dan bangsa-bangsa akan tunduk kepada umat Islam.

Adapun penjelasan dalam Hadits mengenai janji Alloh Swt pada umat Nabi Muhammad Saw di akhir zaman yaitu dengan dianugerahkan-Nya “kepemimpinan dan pemimpinnya”.

(a) Anugerah kepemimpinan yang bersifat global
Yaitu akan tegaknya kembali kekhilafahan yang berjalan di atas metode kenabian sebagaimana yang pernah terwujud pada masa Khulafaur-Rasyidin. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut :

”Adalah Masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Alloh, kemudian Alloh mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Alloh. Kemudian Alloh mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Alloh. Kemudian Alloh mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong-raja yang memaksa/diktator (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Alloh. Kemudian Alloh mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.”

Melalui hadits tersebut kita dapat melihat sebuah Grand Design Alloh Swt berkenaan dengan periodisasi pasang surutnya sistem kepemimpinan yang terjadi di kalangan umat Islam yang berlaku sejak masa kenabian Muhammad Saw hingga akhir zaman, dimana Grand Design Alloh Swt tersebut telah, sedang dan akan berlangsung dalam 5 periode:

Periode ke-I : Zaman Kenabian yang dimulai dari masa nubuwah yang berakhir dengan wafatnya Rasulullah Muhammad Saw;
Periode ke-II : Zaman Khilafah Rasyidah (Khulafaur-Rasyidin: Abu Bakr ra; Umar bin Khatab ra; Utsman ra, Ali ra);
Periode ke-III : Zaman kerajaan yang menggigit (mulkan ‘adldlon) yang merupakan zaman fitnah : dimulai sejak Daulah Bani Umayyah hingga berakhirnya Daulah Utsmaniyah (661 M s.d. 1924 M)
Periode ke-IV : Zaman kerajaan diktator (mulkan jabbariyyah): dimulai setelah tumbangnya Daulah Ustamaniyah di Turki tahun 1924.
Periode ke-V : Zaman kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup kenabian (Khilafah rasyidah ‘ala minhajin-nubuwah). Zaman tersebut merupakan periode terakhir yang akan dialami oleh umat Islam di akhir zaman dan setelah itu tidak ada periode sesudahnya, hal ini ditandai dengan diamnya Rasululloh Saw setelah sebelumnya menguraikan secara jelas tahapan periodisasi.

Pergeseran sistem itu terus berlangsung, dimana gaya kepemimpinan yang bercorak diktator mulai ditinggalkan oleh manusia karena diangap bertolakbelakang dengan Hak Asasi Manusia (HAM) hingga pergeserannya pada sistem demokrasi yang kental dengan nilai-nilai sekuler dan liberal sebagai buah dari sistem kapitalisme yang diusung oleh Amerika dan Eropa yang saat ini diterapkan di berbagai negeri di belahan dunia.

Akankah penerapan sistem demokrasi itu merupakan suatu proses dari skenario Alloh dalam mengangkat fase ke-IV yaitu mengakhirinya fase kediktatoran (mulkan jabbariyyah) sebagaimana telah disebutkan melalui hadits di atas, yang kemudian justeru akan menjadi pemicu terhadap sebuah akselerasi masa yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw mengenai tegaknya kembali sistem kekhilafahan yang berjalan di atas cara hidup kenabian? Hanya waktu saja yang akan menjawab kemudian, karena hanya Alloh Swt sajalah yang Maha Tahu kapan momentum itu akan terwujud.

Dengan demikian, maka tiadalah periode lainnya yang kita tunggu saat ini selain Periode ke-V yaitu tegaknya kepemimpinan khilafah yang memerintah menurut manhaj nubuwwah yang mengamalkan dan mempopulerkan kembali sunnah Rasul dikalangan umat manusia, karena sejarah telah membuktikan bahwa 4 (empat) Periode sebelumnya yaitu: Periode Kenabian; Periode Khilafah; Periode Kerajaan yang menggigit dan Periode Kerajaan yang diktator telah berlangsung pada rentang sejarah masa lalu. Adapun yang belum terwujud adalah periode terakhir yaitu tegaknya kembali Khilafah yang berdiri di atas manhaj (sistem/jalan) kenabian.
Akan tegaknya kembali sistem kekhilafahan di dunia Islam juga menjadi salah satu point penting dari prediksi yang dilakukan oleh sebuah lembaga di Amerika (NIC). Hal ini terlihat pada sebuah laporan yang dirilis pada Bulan Desember 2004 oleh National Intelligent Council (NIC) yaitu sebuah Dewan Intelejen Nasional Amerika Serikat. Dalam laporan yang berjudul “Mapping the Global Future” tersebut diprediksi empat skenario Dunia pada tahun 2020:
1. Dovod Worl : “Digambarkan bahwa 15 tahun ke depan China dan India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia”.
2. Pax Americana: “Dunia masih dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Pax America-nya”.
3. A New Chaliphate: “Berdirinya kembali Khalifah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai- nilai global Barat”.

4. Cycle of Fear : “ ’Munculnya lingkaran ketakutan’, dalam skenario ini respon agresif pada ancaman teroris mengarah pada pelanggaran atas aturan dan sistem keamanan yang berlaku, akibatnya akan lahir dunia ‘Orwellian’ ketika pada masa depan manusia menjadi budak bagi satu dan tiga negara otoriter”.

Beralihnya kendali kepemimpinan dunia ke tangan umat Islam, menjadikan agama Islam akan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

“Urusan (Islam) ini benar-benar akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang (yakni seluruh dunia), dan Alloh tidak akan menyisakan sebuah rumah pun di muka bumi ini, baik rumah di kota maupun rumah di desa (penduduk nomaden), kecuali Alloh akan memasukkannya ke dalam agama ini, dengan kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Alloh memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Alloh menghinakan kekafiran” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Al Hakim, Ibnu Mandah dan Ibnu Hiban).

(b) Anugerah lahirnya seorang pemimpin
Yaitu dengan munculnya seorang pemimpin umat Islam se-dunia yang dikenal dengan panggilan Al Mahdi :
“Dari Sa’id Al Khudri ra, dari Nabi Saw berkata: ‘Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) pada saat terjadinya ikhtilaf (perpecahan) diantara sesama manusia dan terjadinya berbagai macam goncangan/bencana alam (jalajil), dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi ridho (menyukai) kepadanya, dan dia akan membagi-bagikan harta dengan ‘shihah’. Lalu ada seseorang yang bertanya kepada beliau: ‘Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan shihah? Beliau menjawab: ‘membagi-bagikan harta diantara manusia secara merata’. Dan selanjutnya beliau bersabda, ‘Dan Alloh akan memenuhi hati umat Muhammad Saw dengan kekayaan (kepuasan) dan kelapangan karena keadilannya yang meliputi mereka, sehingga ia memerintahkan kepada seorang penyeru untuk menyeru dan berkata: ‘siapakah yang masih membutuhkan harta?’, maka tidak ada seorangpun yang berdiri meminta kecuali seorang saja. Ia berkata, ‘Saya’. Lalu Al Mahdi berkata: ‘Datanglah kamu kepada penjaga harta (bendahara), dalam satu riwayat disebut khazin, dan katakan kepadanya bahwa Al Mahdi memerintahkanmu untuk memberikan harta (uang) kepadaku.’ Kemudian bendahara itu berkata kepadanya: ‘ambillah harta (dengan cakupan kedua tangan)!’. Sehingga ketika harta itu telah berada pada dirinya maka ia menyesal. Ia berkata: ‘sungguh saya termasuk orang yang paling rakus diantara umat Muhammad Saw atau saya tidak mampu melakukan apa yang mereka lakukan dari menahan diri.’ Kemudian dia berkata: ‘saya akan kembalikan harta ini’, maka beliau (Al Mahdi) tidak menerimanya kembali, dan beliau berkata kepada orang itu: ‘sesungguhnya aku tidak akan mengambil kembali sesuatu yang telah aku berikan’, maka dia menangis dalam keadaan seperti itu. Kondisi (dimana bumi dipenuhi dengan kejujuran dan keadilan) akan terjadi selama 7, 8 atau 9 tahun, kemudian tidak ada kebaikan hidup lagi setelah itu atau dikatakan tidak ada kebaikan kehidupan setelahnya”. (HR. Ahmad; Abu Daud; Hakim;

Abu Ya’la, dalam dalam Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, karya Muttaqo Al Hindi, Jilid VI, hlm. 29, juga disebutkan dalam Musnad Ahmad 3:37).
Hadits di atas menjelaskan bahwa Al Mahdi sebagai Khalifatulloh yang akan memimpin umat Islam sedunia akan muncul pada akhir zaman, tepatnya pada saat kondisi terjadinya berbagai perselisihan/perpecahan dan pertikaian sengit di kalangan internal umat Islam . Kondisi kedua yaitu pada saat terjadinya berbagai macam goncangan/bencana alam. Dua kondisi tersebut, merupakan pemicu terhadap akselerasi munculnya Al-Mahdi yang kelak akan menjadi Khalifah (pemimpin) bagi umat Islam.

Kondisi ikhtilaf (perpecahan) serta al-jalajil (berbagai macam goncangan/bencana alam berupa gempa bumi) sebagaimana hadits dari Sa’id Al Khudri ra di atas, maka jika dikonstelasikan dengan keadaan saat ini, sesungguhnya kedua kondisi itu benar-benar telah dan sedang kita rasakan bersama. Perselisihan di kalangan internal umat Islam sering kali terjadi, terlebih dengan munculnya berbagai aliran serta klaim yang mengaku sebagai Nabi. Belum lagi munculnya berbagai kelompok yang mengatasnamakan Islam melalui jaringan yang meng-akali sumber hukum Islam yang sebenarnya telah jelas, seperti Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sering kali ulahnya membuat bingung umat Islam.

Demikian pula halnya dengan kondisi perubahan cuaca dan alam, dimana isu gobal warming (pemanasan global) telah menjadi isu utama yang mendunia. Global warming sebagai ekses dari ulah jahat manusia yang telah merusak tatanan keteraturan ekosistem alam berimplikasi besar terhadap meningkatnya intensitas berbagai bencana alam di setiap belahan bumi dimanapun berada baik di darat, laut maupun udara. Sehingga global warming yang terjadi sekarang ini sekaligus merupakan global warning (peringatan menyeluruh) dari Sang Maha Pemilik jagat raya ini, Alloh Swt atas perilaku hamba-hamba-Nya yang telah melampaui batas dalam mengeksploitasi alam ini, terlebih berbagai sikap menentang dan menantang serta menjauhi tuntunan syari’at-Nya, sehingga bukan lagi keberkahan yang turun dari langit serta keluar dari bumi, akan tetapi malapetaka bencana yang datang terus silih berganti.

“Sesungguhnya Al Mahdi adalah seorang manusia biasa yang Alloh muliakan dengan dua sifat, yaitu sifat qiyadah (kepemimpinan global, dimana beliau mampu memimpin dunia) serta sifat hakimiyah (keadilan, dimana supremasi hukum ditegakannya). Alloh memberikan kejernihan hati dan fikiran untuk terwujudnya perdamaian di muka bumi” (HR. Ahmad; Abu Daud; Hakim; Abu Ya’la, dalam Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, karya Muttaqo Al Hindi, Jilid VI).

“Seandainya dunia hanya tinggal sehari, Alloh pasti akan memanjangkan hari itu sampai Alloh mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku, yang namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku ”(HR. Ahmad dan HR. Abu Dawud dalam Sunan Abi Daud 11: 370).

Berdasarkan hadits di atas, maka nama Al-Mahdi yang akan menjadi pemimpin umat Islam se dunia yaitu Muhammad bin Abdullah.
Kekhawatiran orang-orang Barat non Muslim akan munculnya seorang pemimpin di kalangan umat Islam dapat kita simak dari ucapan mereka:

- Seorang orientalis Inggeris bernama “Montgomery Watt” yang menulis dalam “London Time” tahun 1968 berkata: “Kalau sudah ditemui seorang pemimpin Islam yang (benar-benar) layak dan cakap dengan keislamannya, kemungkinan besar agama itu akan bangkit kembali, dan merupakan sebuah kekuatan politik yang besar di dunia ini sekali lagi” .
- Mantan PM Israel, “Ben Gurion” pernah berkata: “Sesungguhnya yang paling menakutkan kami ialah kalau di dunia Islam sudah lahir seorang Muhammad baru”.

Selama kepemimpinan Islam nanti, masa-masa keemasan, ketentraman dan sejahtera akan terwujud di muka bumi ini. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits berikut:

- Dari Jabir bin Abdullah ra, berkata: Rasullulah Saw bersabda: "Pada masa terakhir umatku akan ada khalifah yang membagi-bagikan harta dengan tiada terhitung "(Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah 18: 38-39).

- Diriwayatkan oleh Haritsah bin Wahab, bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: ”Banyaklah bersedekah, karena manusia akan mengalami suatu masa yang pada saat itu seseorang berjalan membawa sedekahnya, tetapi tidak ada seorangpun yang sudi untuk menerimanya” (HR. Bukhari)

- “Kemudian umatku akan dirahmati, jumlah binatang akan meningkat dan tanah akan menghasilkan berbagai buah-buahan” (Ibn Hajar al-Haythami, Al-Qawl al-Mukhtasar fi `Alamat al-Mahdi al-Muntazar, hal. 26).

- "Alangkah baiknya kehidupan setelah turunnya Isa Al Masih, alangkah baiknya kehidupan setelah turunnya Isa Al Masih. Kepada langit diperkenankan (oleh Alloh) untuk menurunkan hujan. Kepada bumi diperkenankan untuk menumbuhkan tanam-tanaman. Sekiranya engkau menaburkan benih ke atas sebongkah batu, niscaya akan tumbuhlah sebuah tanaman. Pada masa itu tidak ada lagi sikap permusuhan, iri dan kebencian diantara sesama. Seorang laki-laki akan melewati seekor singa tanpa mendapat celaka sedikitpun. Seorang laki-laki akan menginjak (tanpa sengaja) seekor ular tanpa mendapat celaka sedikitpun. Pada masa itu tidak ada lagi sikap permusuhan, iri hati dan kebencian diantara sesama” (HR. Abu Bakar Al-Anbari, Ad-Dailami, Abu Sa’id An-Naqasy dan Ibu Muhib Ath-Thabari. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3919 dan Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah no. 1926).

- “Setelah Ya’juj Ma’juj pergi, manusia hidup dalam kesenangan yang luar biasa dan dalam kesuburan selama 20 tahun. Sebuah delima harus dibawa oleh dua orang. Satu tandan anggur harus diangkut oleh dua orang. Mereka hidup dalam suasana seperti itu selama 10 tahun. Kemudian Alloh mengirimkan angin semerbak yang tidak membiarkan orang mukmin melainkan ia merenggut nyawanya. Setelah itu tinggallah manusia bergaul (dengan lawan jenisnya) di tempat-tempat umum seperti keledai. Akhirnya Alloh mendatangkan adzab-Nya dan kiamat, sedang perbuatan mereka adalah seperti itu ”.(HR. Al Hafidz Abu Na’im).

Wallohu'alam.

Dikutip dari http://www.dudung.net


Monday, December 8, 2008

Jalan Menuju SURGA

JALAN MENUJU SURGA

SILAHKAN IKUTI RAMBU-RAMBU DIBAWAH INI

JIKA INGIN SELAMAT DUNIA AKHIRAT

SAYA YAKIN DAN PERCAYA

ANDA TIDAK TERSESAT

SELAMAT JALAN

INSYA ALLAH ALLAH SWT

MEMBERIKAN KASIH SAYANGNYA

KEPADA KITA SEMUA

SAMPAI JUMPA DI PINTU SURGA


















Thursday, October 30, 2008

Win solusion

"Tenang....., Pasti ada solusinya..."

Tenang dan Iman adalah rahmat
Setiap manusia yang hidup didunia, tidak pernah bisa menghindar dari sesuatu yang kita sebut sebagai masalah/problema/persoalan. Karena setiap mahluk yang berpikir, akan selalu merasa ada yang harus diprioritaskan untuk disikapi. Karenanya itu, keimanan sangat diperlukan dalam diri individu. Jika saja umat manusia tidak diberi iman (keyakinan) oleh Allah Swt, akan banyak sekali orang yang bunuh diri sebelum menghadapi persoalannya, akan banyak sekali orang orang yang berbenturan, akan kacau dunia ini tanpanya.. Iman.. yang secara fitrah dimiliki oleh setiap insan.
Individu yang memelihara imannya dengan baik, insyaAllah akan memiliki sikap tenang yang baik, akan terlihat secara lahir (perilaku) dan terasa didalam batin. Seperti halnya Rasululloh Saw, seorang manusia yang diberi rahmat ketenangan batin yang kuat oleh Allah Swt, karenanya itu jika kita ingat kembali kisah kisah Rasulullah Saw dan para sahabatnya, jelas sekali diterangkan bahwa para sahabat Rasul merasa tenang jika berada didekat beliau. Ternyata sikap tenang itu dapat memvibrasikan ketenangan pula kepada lingkungan sekitar. Karena orang yang tenang, yakin bahwa setiap persoalan yang menghadangnya, Allah Swt senantiasa menuntunnya.
Akan tetapi, ketika manusia sudah buntu dengan jalan pikirannya, sudah kusut dengan perasaannya, bagaimana mencari solusi untuk menghadapi permasalahannya, hanya ada 2 pilihan yang dapat dilakukan, yaitu ingat kepada Allah swt dan berusaha mendekatkan diri padaNya atau memilih jalan yang tidak diridhoi oleh Allah Swt dan terjebak dalam lingkaran setan... (Na’udzubillah..).
‘Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya..’ (QS_2 : 286), Bahwa Allah Swt melimpahkan rahmat kepada seluruh mahluk diseluruh alam raya ini, termasuk perasaan tenang dan solusi (petunjuk). Subhanallah.. Begitu luasnya rahmat Allah Swt pada kita. Jika saja setiap individu meyakini ayat ini, insyaAllah.. kita tidak akan mendapati banyak orang yang membunuh dirinya sendiri atau bahkan orang lain, tidak akan banyak orang yang terkena stress karena keadaan ekonomi. Ketika penulis mendengar ada seorang ibu yang membunuh kedua anaknya yang masih balita karena kondisi ekonomi keluarganya yang terpuruk, Astaghfirullah.. Tambah lagi pembelajaran kehidupan bagi penulis, agar kita senantiasa mendoakan ibu itu dan juga Negara Indonesia agar perekonomian bangsa kita kembali stabil. Dan kita sebagai ummat muslim, disarankan untuk saling membantu, padahal jika merujuk kembali kepada konsep sedekah dalam islam seperti halnya infak dan zakat mal, tentunya kecemburuan sosial ekonomi, kemiskinan, kebodohan tidak akan se-merajalela sekarang ini.

Saling mengingatkan untuk kebenaran dan kesabaran
Bumi kita saat ini sudah semakin tidak stabil, tidak seimbang disebabkan oleh keberadaan insan yang cenderung menyikapi permasalahannya dengan menyakiti mahluk/individu lain. Bahkan alam pun terkena dampak perilaku ke-tidakseimbang-an ini, mulai dari penebangan hutan yang berlebihan, eksplorasi sumber daya alam yang tidak sesuai aturan. Mungkin, tanpa disadari, kitapun sering melakukan hal ini, walaupun baru kecil kecilan, tidak terkecuali penulis. Memang bukan suatu kesalahan jika kita memanfaatkan mahluk ataupun alam sebagai salah satu alternative solusi hidup yang positif, asal tidak dengan kadar yang berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan akan merusak keseimbangan. Indikasi perilaku tidak seimbang adalah ketika keinginan keinginan pribadi individu ataupun organisasi cenderung menghalalkan segala cara, cenderung tidak memikirkan kepentingan orang lain, cenderung menyakiti lingkungan sekitar, oleh karena itu, jika kita kaitkan dengan salah satu ayat Al-Qur’an dalam QS. Al-Ashr bahwa setiap muslim seharusnya bisa saling mengingatkan tentang berbuat kebenaran dan berbuat sabar. Sangat damai jika kemasan ‘mengingatkan’ yang disampaikan-pun sesuai tuntunan islam, yaitu dengan bahasa santun dan perilaku yang menenangkan.

Kisah Nabi Musa dan doanya
Sebuah kisah yang diambil dari QS_20 ayat 25-28, ketika Nabi Musa AS menghadapi Fir’aun dan para pengikutnya untuk menyerukan Tauhid dan berbuat Keadilan, Nabi Musa AS yakin dan bertawakal pada Allah Swt agar beliau dijauhkan dari rasa takut dan gugup.. beliau berdo’a. ‘Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, lepaskanlah halangan dari lidahku, agar mereka dapat memahami ucapanku’. Tenang.. doa ini membuat dia tenang.. kedekatannya kepada Allah SWT membuat hati, pikiran dan perilakunya sangat tenang, karena dia sangat yakin bahwa Allah dengan ke-Maha Besarannya akan membimbing dan mempermudah jalannya menuju situasi yang lebih baik dari kemungkinan kemungkinan buruk yang diduga.



Tenang memunculkan potensi
Sikap tenang dapat memunculkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu, petunjuk dari Allah Swt pun akan lebih mudah hadir. Ada cerita menarik, ketika seseorang diuji dengan proses ketenangan yang berkaitan dengan potensi intuisi yang dimilikinya. Adalah seorang mahasiswa salah satu universitas terkemuka di yogyakarta yang baru saja selesai mengenyam pendidikan Sarjana Hukumnya di daerah itu. Orang tua kandungnya bertempat tinggal di Jakarta. Mahasiswa itupun harus memilih tempat apakah di Yogya ataukah di Jakarta untuk meneruskan studi masternya. Singkat cerita, akhirnya dia berencana untuk meneruskannya di yogya saja, karena sudah kadung cinta dengan daerah istimewa ini. Dalam perjalanannya di yogyakarta, tiba tiba hati kecilnya menggerakkannya harus kembali ke Jakarta, dan dia tidak mengerti mengapa demikian (tidak sesuai rencana). Dalam setiap langkah hidupnya dia selalu merasa ada yang membimbingnya. Intuisi / instingnya mengarahkan dia harus ke Jakarta. Dengan sikap tenang dan perasaan yakin, dia tidak memikirkan apa yang harus dilakukannya setelah sampai di Jakarta. Beberapa minggu kemudian setelah sampai Jakarta, dia bertemu dan diajak oleh temannya untuk menemaninya mendaftar ujian PNS, diapun disarankan oleh temannya untuk mendaftarkan diri juga. Lucunya, sebenarnya dia tidak ingin menjadi PNS, karena menghargai temannya akhirnya dia ikutan. Tetapi tidak pernah diduga sebelumnya, akhirnya dia lolos seleksi.. Alhamdulillah.. dan master hukumnya-pun diteruskan dengan biaya dari kantornya. Subhanallah.. Padahal dia tidak pernah mengetahui apa yang akan didapatkannya dengan mengambil sikap demikian.. Wallahu ‘alam.. Ternyata Allah Swt lebih mengetahui yang terbaik buat dia. Sikap tenang merupakan tahapan awal dalam mencapai solusi permasalahan.

Tips menyikapi permasalahan dengan 5T :
I. Tenang
  • Allah sangat dekat dengan hambanya yang tenang
  • Dengan tenang, pikiran akan lebih jernih dan akan lebih mudah untuk memanajemen emosi
  • Menarik nafas dalam dalam ketika marah dapat membantu mencairkan ego
Tips menenangkan diri dengan relaksasi spontan :
a. Posisi duduk dikursi
b. Punggung tidak bersandar kekursi, sikap duduk tidak perlu di tegak tegakkan atau dibungkuk bungkukkan, rileks saja
c. Telapak kaki menyentuh lantai (alas kaki lebih baik dibuka)
d. Kedua tangan diletakkan diatas paha
e. Cari posisi yang menurut anda paling nyaman dengan cara menggerakan sedikit dari bagian bagian tubuh anda
f. Pejamkan mata, fokuskan pikiran anda pada dada anda
g. Sambil menarik nafas melalui hidung, kerutkan telapak kaki, pantat, telapak tangan, dan wajah anda sampai optimal (note : ketika menarik nafas, bayangkan kecemasan anda)
h. Tanpa menahan nafas, langsung keluarkan nafas melalui mulut dengan spontan dan cepat.. kaki, tangan, pantat, wajah kembali keposisi semula
i. Kendurkan seluruh otot bagian tubuh anda
j. Ulangi tahapan ini dari ‘e’ sampai dengan ‘i’
k. Lakukan sampai 3x
Islam menganjurkan kepada kita, disaat memiliki problema, dekatilah Dzat yang Maha Pemberi Petunjuk dengan membaca dan mengamalkan Asmaul Husna atau mengkaji AlQur’an.. InsyaAllah jalan menuju kebahagiaan akan terbuka lapang.

II. Tekun

Menekuni niat awal (istiqamah).
Mencapai konsisten memang tidak mudah, selama manusia hidup didunia, kita diberikan kesempatan seluas luasnya oleh Allah Swt untuk menabung pahala didunia bakal bekal di akhirat.
Bioritme setiap orang mengalami fluktuatif setiap waktunya, karenanya itu kita sering merasakan mood nyaman dan tidak nyaman, adalah manusiawi jika diliputi hal demikian. Konsisten adalah bentuk dari sikap disiplin dan kedisiplinan merupakan salah satu bentuk dari sikap tanggung jawab. Sebagai khalifah yang mengemban amanah Allah Swt, ada baiknya kita melakukan sikap ini. Ketika mood sedang turun, sangat dianjurkan bagi setiap muslim untuk recharge jiwa dengan mengikuti pengajian, silaturahmi untuk saling mengingatkan hal hal positif, membaca buku tentang ajaran islam, mengkaji Al-Qur’an, terus meng-update wawasan dan pengetahuan tentang pedoman pedoman hidup cara islam.

III. Teliti

Teliti terhadap perbaikan diri sendiri. Berikan kesempatan pada diri kita untuk mengevaluasi diri, kelemahan apa yang harus diperbaiki, apa yang membuat orang lain kecewa pada kita sebagai insan yang tidak sempurna. Kita sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tetapi bukan berarti tidak memperbaiki diri, sebagai hamba Allah yang ingin menempati tempat yang mulia, proses perbaikan diri ini mutlak diperlukan, tetapi bukan berarti pula kita harus selalu mengikuti isi kepala orang lain (keinginan). Teliti adalah sikap memeriksa untuk mendapatkan hasil terbaik. Setiap individu berhak memberikan pandangan kepada kita, tetapi sebagai mahluk yang dikaruniai kemampuan untuk berpikir, kita juga diberikan kesempatan untuk memilih pandangan mana yang sesuai dengan kemampuan kita, yang sekiranya tidak akan banyak orang yang akan kecewa dengan hasil dari keputusan kita yang pada akhirnya menjadikan ‘itu’ sebagai solusi untuk mensejahterakan orang banyak.

IV. Tanggulangi

  • Hadapi permasalahan anda dengan berpikir positif dan yakin bahwa anda diberi kemampuan oleh Allah Swt untuk dapat menyelesaikannya
  • Hadapi persoalan anda dengan orang dan waktu yang tepat. Orang yang tepat adalah pihak yang terkait dengan persoalan yang anda hadapi. Waktu yang tepat adalah suatu masa dimana anda sudah sampai pada tahapan tenang, tekun dan teliti.
  • Jangan menunda dan menghindari persoalan, karena persoalan tidak akan pernah selesai sampai anda menyelesaikannya.
V. Tawakal
  • Yakin bahwa Allah Swt menuntun jalan hidup kita
  • Menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt
  • Merupakan tahapan inti dari seluruh tahapan, manusia menjalankan proses dan berusaha dengan totalitas, Allah Swt-lah yang menentukan yang terbaik untuk hambanya.
Dikutip dr http://mahadibya.co.nr/

Monday, October 27, 2008

Syahadat Yang diterima Allah SWT

Hudzaifah - Sebagai seorang muslim, tentu harus senantiasa mempertahankan diri agar keimanan kita tetap terjaga. Dengan kata lain, kita harus berusaha untuk menjaga kalimat syahadatain yang kita ucapkan dari kondisi kendor (futur) atau melemah. Lebih jauh lagi, kalimat Laa ilaaha illallah tidak mungkin kita aplikasikan kecuali dengan dua hal, yaitu terpenuhinya syarat-syarat syahadatain, dan tidak adanya hal-hal yang membatalkan syahadatain.

Untuk itu, kita perlu mengetahui apa saja syarat-syaratnya agar kalimat syahadatain kita dapat diterima Allah SWT, dan hal-hal apa saja yang dapat membatalkannya. Artikel ini mencoba mengupas yang pertama, yaitu syarat-syarat diterimanya syahadat. Untuk bagian yang kedua, insya Allah akan dikupas pada artikel lain.

Syarat Syahadatain

�Syarat� adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya, maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna atau tidak dapat terealisasi. Jadi, jika kita mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadat itu tidak sah.

Syarat syahadatain itu sendiri ada tujuh, yaitu:

1. Pengetahuan (lawan dari kebodohan)
2. Keyakinan (lawan dari keragu-raguan)
3. Keikhlashan (lawan dari kemusyrikan)
4. Kejujuran (lawan dari kebohongan)
5. Kecintaan (lawan dari kebencian)
6. Penerimaan (lawan dari penolakan)
7. Ketundukan (lawan dari pengingkaran)


1. Pengetahuan

Manusia yang menyatakan sesuatu, tentu harus mengetahui dan memahami dahulu apa yang dia ucapkan, begitu juga dengan syahadatain. Seseorang yang bersyahadat, harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya. Orang-orang yang bodoh (jahil) tentang makna syahadatain, tidak mungkin dapat mengamalkannya.

Contohnya yaitu dalam kalimat Laa ilaaha illallah. Kita harus pahami bahwa kalimat ini mencakup dua dimensi, yaitu penafikan (Laa ilaaha = tiada ilah) dan penetapan (illallah = selain Allah). Artinya, kita harus mengetahui bahwa dimensi penafikan di sini berarti penolakan terhadap semua sembahan selain Allah. Dan dimensi penetapan dalam kalimat ini adalah penetapan bahwa hak Uluhiyah (ketuhanan / yang disembah) hanya bagi Allah semata. Allah SWT berfirman:

�Maka ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Allah.� (QS. Muhammad: 19)

Allah SWT juga menfirmankan hal serupa dalam ayat lain, antara lain di Al Qur�an surat Ali Imran ayat :18.

Lawan dari pengetahuan ini adalah ketidaktahuan akan makna syahadat (kebodohan). Mempelajari hal ini merupakan salah satu kunci mendapatkan rahmat dari Allah dan mendapatkan kebaikan. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda:

�Barangsiapa meninggal, sedang ia mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang disembah kecuali Allah, ia masuk surga.� (Hadits, dalam As Shahih diriwayatkan dari Usman RA.)


2. Keyakinan

Keyakinan di sini berarti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut. Artinya, seseorang yang bersyahadat mesti meyakini ucapannya dengan makna yang sebenarnya, tanpa ragu sedikitpun. Dalam Al Qur�an Allah berfirman:

�Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.� (QS. Al Hujurat: 15).

Artinya, lawan dari keyakinan adalah keraguan. Keyakinan akan membawa seseorang kepada keistiqomahan, sedangkan keraguan akan menimbulkan kemunafikan.

Dalam Hadits, juga dinyatakan sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, �Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu dengan Allah dengan dua kalimat ini dan tidak ragu tentang kedua-duanya, kecuali masuk surga.� (HR. Muslim)


3. Keikhlashan

Istilah �keikhlashan� diambil dari kata �susu murni� (al laban al khalish), yang maksudnya tidak lagi dicampuri kotoran yang merusak kemurnian dan kejernihannya. Artinya, ikhlash berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.

Dengan demikian, ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlash, lillahi ta�ala. Ucapan yang bercampur dengan riya� atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima Allah SWT. Allah SWT berfirman:

�Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus...� (QS. Al Bayinah : 5)

Syahadat sendiri merupakan bagian dari ibadah, oleh karena itu harus dilakukan dengan ikhlash. Dan ikhlash, merupakan lawan dari kemusyrikan. Setiap perbuatan yang mengandung kemusyrikan, maka akan menghapus amal perbuatan itu sendiri. Dan orang yang melakukannya menderita kerugian, karena pekerjaannya sia-sia tidak bermakna. Dan tidak ikhlash juga berarti mengadakan tandingan-tandingan selain Allah SWT selain tuhannya. Allah SWT berfirman:

�Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.� (QS. Az Zumar : 39).


4. Kejujuran

Dalam hal ini, kejujuran adalah bahwa �lahirnya� tidak boleh menyalahi �batinnya�. Keduanya harus saling sesuai dan sejalan, yaitu antara lahir dan batinnya, antara ilmu dan amalnya, antara apa yang ada di dalam hatinya dengan apa yang dikerjakan oleh raganya. Oleh karena itulah pernyataan syahadat harus dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan. Rasulullah SAW bersabda:

�Siapa yang mengucapkan: �Tiada tuhan selain Allah� dengan jujur dalam hatinya, maka ia akan masuk surga.� (HR. Bukhari).

Allah SWT berfirman:

�Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.� (QS. Al An�am: 82)

Lawan dari sikap ini adalah kebohongan yang melahirkan kemunafikan, yaitu menampakan sesuatu yang sebenarnya tak ada dalam hatinya. Atau bahwa ia menyimpan kekufuran dalam batinnya, tetapi menampakkan iman dalam lisan dan raganya.

Kejujuran dan kemunafikan diuji melalui cobaan. Cobaan ini akan menjadi seleksi bagi seseorang. Sejarah menunjukkan bahwa cobaan merupakan cara untuk mengetahui siapa yang betul-betul berjuang di jalan Allah, dan siapa yang tidak bersungguh-sungguh berjuang. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:

�Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).� (QS. Al Ahzab : 33)


5. Kecintaan

Kecintaan dalam hal ini yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan juga mencintai orang-orang yang beriman.

�...Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...� (QS. Al Baqarah : 165)

Cinta kepada Allah SWT yang teramat sangat, merupakan sifat utama orang yang beriman. Mereka juga membenci apa saja yang dibenci oleh Allah SWT.

Cinta juga berarti rasa suka yang dapat melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini, segala perintah dan larangan akan terasa ringan, tuntutan dari syahadatain akan terasa ringan.

Seseorang yang beriman, akan melimpahkan cintanya terlebih dahulu kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan jihad, sebelum mencintai yang lainnya.

�Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.� (QS. At Taubah: 9)

Dan jika seseorang ingin merasakan manisnya iman, maka ada baiknya pahami hadits berikut ini:

�Tiga hal, yang barangsiapa dalam dirinya ada ketiganya, akan mendapatkan manisnya iman, bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, bila seseorang mencintai seseorang yang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan apabila ia tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia tidak ingin dijebloskan ke dalam neraka.� (HR. Bukhari).

Cinta itu juga harus disertai amarah. Yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rasulullah SAW. Selain itu ia juga murka terhadap para pelaku atau pembawa ajaran dengan segala ilmu dan amal yang mereka bawa. Rasulullah SAW bersabda:

�Ikatan iman yang terkuat adalah cinta karena Allah dan marah karena Allah.� (HR. Thabrani dari Ikrimah dan Ibnu Abbas).

Lawan dari kecintaan adalah kebencian.


6. Penerimaan

Penerimaan di sini yaitu kerendahan dan ketundukan, serta penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari syariat Islam. Allah SWT berfirman:

�Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.� (QS. Al Ahzab: 36)

Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah (Al Qur�an) dan Sunnah Rasul. Dan mukmin sendiri adalah mereka yang berhukum kepada Rasul Allah SWT dalam seluruh persoalannya, dan ia menerima secara total keputsan Rasul, tanpa ragu-ragu sedikitpun. Allah SWT berfirman:

�Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.� (QS. An Nisaa: 65).

Dalam Al Qur�an surat An Nur ayat 51, Allah SWT juga menfirmankan hal serupa.

Lawan dari penerimaan di atas adalah penolakan atau pembangkangan. Yaitu membangkang dan berpaling dari ajaran-ajaran Rasulullah SAW dengan hatinya, sehingga ia tidak ridho dan tidak menerima ajaran-ajaran tersebut. Allah menggambarkan orang-orang seperti itu dalam ayat berikut ini:

�Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".� (QS. Thoha: 124-126)


7. Ketundukan

Pernyataan syahadat harus diiringi dengan ketundukan. Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara lahiriyah. Artinya, kita harus mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Perbedaan antara �penerimaan� (yang sudah dijelaskan di atas) dengan �ketundukan� yaitu bahwa penerimaan merupakan pekerjaan hati, sedangkan ketundukan pekerjaan fisik.

Dalam suatu hadits, dinyatakan:

Dari Abi Muhammad Abdillah bin �Amr bin Al �Ash RA, berkata, Rasulullah SAW bersabda: �Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang aku bawa.�

Oleh karena itu, setiap muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang merupakan aplikasi syahadatain. Ia bertekad dan menentukan agarkan hukum dan undang-undang Allah SWT berlaku pada dirinya, keluarganya, maupun masyarakatnya. Dengan kata lain, seseorang yang mengucapkan syahadat, berarti dia juga harus mengaplikasikannya dalam amal sholeh. Dan Allah akan membalasnya dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Allah SWT berfirman:

�Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik [839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.� (QS. An Nahl : 16)

Lawan dari ketundukan adalah pengingkaran, yaitu tidak mau melakukan apa yang diperintahkan Allah atau sebaliknya, justru mengerjakan apa yang dilarang-Nya. Seseorang yang bersyahadat adalah orang-orang yang tunduk dan taat kepada Allah.


Setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat syahadat di atas, maka akan timbul di dalam dirinya sikap rela dan ridho untuk diatur oleh Allah SWT, Rasulullah, dan Islam, dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan dalam setiap keadaan. (hdn)

Bacaan tambahan:

1. DR. Ibrahim Muhammad bin Abdullah al Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam, Jakarta, Robbani Press & Al Manar, 1998
2. Abdullah Al Muslih & Shalah Assyawi, Prinsip-Prinsip Islam Untuk Kehidupan, Jakarta: LP2SI Al Haramain, 1998
3. Said Hawwa', Al Islam (Jilid I), Jakarta: Al I'tishom Cahaya Umat, 2001

___
Tarbiyah Islamiyah, Serial Makna Syahadatain
Judul Materi: Syuuruth Qabuul Asy Syhaadatain - Syarat Diterimanya Dua Kalimat Syahadat

Send this story to someone Printer-friendly page


Tuesday, September 9, 2008

Jagalah Hati.....

Menjaga Hati, Lisan, Mata dan Telinga PDF Print E-mail
Written by Administrator
Friday, 05 September 2008 11:40

Imam Al-Ghazali mengatakan, mereka yang selamat dalam Ramadhan jika berada dalam kategori khususul khusus atau al-Khawwas. Mereka menjaga telinga, mata, lisan, tangan dari maksiat

Hidayatullah.com--Jika ada yang bertanya, sudah berapa kali anda berpuasa Ramadhan? Tentu kita bisa menjawabnya dengan mudah. Tapi jika pertanyaan itu diteruskan, apa hasil puasa anda selama itu? Terhadap pertanyaan tersebut, biasanya kita sulit menjawab. Mengapa? Dibandingkan dengan hikmah dan fadhilah yang ditawarkan Ramadhan, rasanya terlalu sedikit yang telah kita capai.

Revolusi kejiwaan yang semestinya terjadi setelah kita berpuasa sebulan penuh hingga puluhan kali Ramadhan masih juga belum kunjung tercapai. Yang terjadi justru hanyalah rutinitas tahunan: siang hari menahan diri dari lapar dan dahaga, selebihnya tidak terjadi apa-apa.

Imam Al-Ghazali mengelompokkan kaum Muslimin yang berpuasa dalam tiga kategori. Pertama, mereka yang dikelompokkan sebagai orang awam. Kelompok ini berpuasa tidak lebih dari sekadar menahan lapar, haus, dan hubungan seksual di siang hari Ramadhan. Sesuai dengan namanya, sebagian besar kaum Muslimin berada dalam kelompok ini.

Kedua adalah mereka yang selain menahan lapar, haus dan hubungan suami isteri di siang hari, mereka juga menjaga lisan, mata, telinga, hidung, dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan maksiat dan sia-sia. Mereka menjaga lisannya dari berkata bohong, kotor, kasar, dan segala perkataan yang bisa menyakiti hati orang. Mereka juga menjaga lisannya dari perbuatan tercela lainnya, seperti ghibah, mengadu domba, dan memfitnah. Mereka hanya berkata yang baik dan benar atau diam saja.

Dikisahkan dalam kitab Ihya-ulumuddin, bahwa pada masa Rasulullah saw ada dua orang wanita. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, saat mereka sedang berpuasa, rasa lapar dan haus tak tertahankan lagi hingga hamper-hampir saja menyebabkan keduanya pingsan. Maka diutuslah seorang pria untuk menghadap Rasulullah saw untuk menanyakan, apakah mereka boleh membatalkan puasanya. Rasulullah saw tidak langsung memberi jawaban, akan tetapi beliau justru mengirimkan sebuah mangkok, kemudian berpesan kepada utusan tersebut: “ Muntahkan
ke dalam mangkok ini apa yang telah dimakan”.

Peristiwa ini nampaknya mengundang perhatian banyak orang. Mereka yang menyaksikan peristiwa itu sangat terkesima melihat salah seorang wanita itu memuntahkan darah segar dan daging lunak sebanyak setengah mangkok, wanita satunya lagi pun memuntahkan hal yang sama hingga mangkok tersebut menjadi penuh. Setelah itu Rasulullah bersabda: “Dua perempuan tadi telah merasakan apa yang oleh Allah dihalalkan bagi mereka dan telah membatalkan puasa mereka dengan melakukan hal-hal yang dilarang Tuhan. Mereka telah duduk bersama dan bergunjing. Darah dan daging segar yang mereka muntahkan adalah darah segar orang yang telah mereka gunjingkan”.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: “
Ada lima perkara yang membatalkan puasa, yaitu: berbohong, bergunjing, memfitnah, mengucapkan sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu”.

Kelompok kedua ini juga bisa menjaga mata dari melihat segala sesuatu yang dilarang syari’at. Matanya tidak dibiarkan liar memandang aurat perempuan atau lelaki yang tidak halal, baik secara langsung, maupun melalui tontonan televisi, gambar dan foto. Mereka sadar bahwa mata adalah panahnya setan, jika dibiarkan liar maka mata itu bisa membidik apa saja dan nafsu manusia cenderung membenarkan dan mengikutinya. Tentang bahaya pandangan ini, Rasulullah mengingatkan: “Pengaruh ketajaman mata adalah hak. Bila ada sesuatu yang mendahului taqdir maka itu adalah karena pengaruh ketajaman mata”. [HR. Muslim]

Tak kalah pentingnya adalah menjaga telinga dari mendengar segala sesuatu yang menjurus kepada maksiat. Mereka yang termasuk kelompok ini tidak akan asyik duduk bersama orang-orang yang terlibat dalam perbincangan yang sia-sia. Termasuk perbuatan sia-sia adalah mendengar lagu-lagu yang syairnya tidak mengantarkannya pada mengenal kebesaran Allah. Mereka juga meninggalkan percakapan penyiar dan penyair yang menghambur-hamburkan kata tanpa makna.

Mereka segera meninggalkan orang yang sedang ghibah, apalagi memfitnah, karena mereka sadar bahwa orang yang mengghibah dengan orang yang mendengar ghibah itu sama nilai dosanya. Maka alternatifnya hanya dua, yaitu mengingatkan atau meninggalkan majelis tersebut.

Dalam hal ini Allah berfirman; “Maka janganlah kamu duduk bersama mereka sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka”. [QS. An-Nisaa: 140]

Di bulan Ramadhan, kelompok ini juga menutup telinganya rapat-rapat dari segala suara yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam mengingat Allah. Sebaliknya, mereka membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar ayat-ayat suci al-Qur’an, mendengar majelis ta’lim, mendengar kalimat-kalimat thayibah, dan mendengar nasehat-nasehat agama. Ketekunan dan kesibukan menyimak kebaikan dengan sendirinya akan mengurangi kecendrungan mendengar sesuatu yang sia-sia, apalagi yang merusak nilai ibadahnya.

Selebihnya, mereka juga menjaga tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuhnya dari segala yang dilarang syari’ah. Mereka menjaga tangannya dari memegang sesuatu yang tak halal. Mereka juga mengendalikan kakinya dari melangkah ke tempat yang haram. Demikian juga terhadap perutnya, mereka menjaga agar perutnya hanya diisi makanan yang halal saja. Baik ketika sahur maupun pada saat berbuka puasa.

Dalam pandangan Islam, makanan haram itu sama dengan racun, sedangkan makanan halal itu adalah obat, jika diminum sesuai dengan porsi dan dosis yang tepat. Tapi jika jika dikonsumsi secara berlebihan, maka makanan itu bisa berubah menjdai racun yang sangat membahayakan kesehatan tubuh. Itulah sebabnya, orang-orang yang berpuasa secara benar terlatih untuk hanya memakan makanan dan minuman yang halal saja. Itupun dalam takaran dan dosis yang normal, tidak berlebih-lebihan. Mereka tidak akan berbuka puasa dengan cara makan dan minum berlebih-lebihan.

Jika kaum Muslimin berpuasa seperti puasanya kelompok yang kedua ini, sungguh akan terjadi perubahan social yang luar biasa. Antara sebelum dan sesudah Ramadhan pasti ada perubahan sikap, perilaku, dan tindakan yang khas. Jika perubahan itu dilakukan oleh sebuah masyarakat yang hidup dalam sebuah Negara yang bernama
Indonesia, maka revolusi moral pasti terjadi secara nyata.

Tak perlu dibentuk Komisi Anti Korupsi, karena sudah tidak ada lagi pelakunya.
Sayang, untuk target minimal tersebut kita masih belum bisa melakukannya. Akibatnya, antara sebelum dan sesudah puasa tidak terjadi apa-apa. Yang sebelum Ramadhan merokok, sesudah puasa kembali merokok. Bila sebelum puasa korupsi, sesudah puasa, praktek itu diulangi kembali. Padahal jika target menjadi kelompok kedua ini tercapai, separoh permasalahan Negara dan bangsa bisa diatasi. Apalagi jika kita bisa mencapai target yang lebih tinggi, menjadi kelompok ketiga.

Adapun kelompok ketiga, menurut Al-Ghazali adalah mereka yang berada dalam kategori khususul khusus atau al-Khawwas. Mereka tidak saja menjaga telinga, mata, lisan, tangan, dan kaki dari segala yang menjurus pada maksiat kepada Allah, akan tetapi mereka juga menjaga hatinya dari selain mengingat Allah. Mereka mengisi rongga hatinya hanya untuk mengingat Allah semata-mata. Mereka tidak menyisakan ruang sedikitpun dalam hatinya untuk urusan duniawi. Mereka benar-benar mengontrol hatinya dari segala detakan niat yang menjurus pada urusan duniawi.[Hamim Tohari/www.hidayatullah.com]


Monday, September 8, 2008

MENCAPAI KEMAMPUAN TANPA BATAS

MENCAPAI KEMAMPUAN TANPA BATAS


" Apabila AKU Sempurnakan Kejadiannya, dan KU-tiupkan Kedalamnya Ruh-KU, lalu Meniaraplah Mereka Sujud Kepadanya" ( QS. 15 : 29 ). " Sesungguhnya AKU akan Mengangkat Adam menjadi Khalifah di Muka Bumi " ( QS. 2 : 30 ) Dan Memberi Ilmu Pengetahuan kepadanya.

( QS. 2 : 31 )

" Allah SWT memberikan al Hikmah ( kebijaksanaan ) kepada orang yang dikehendaki. Barangsiapa yang diberinya al Hikmah maka ia mendapat banyak kebaikan. Hanya orang-orang yang mau berfikir yang dapat mengambil pelajaran / manfaat " .

( QS 2 : 269 )


Ahli Hikmah ialah orang-orang yang bisa menguak tabir Kemukjizatan al-Qur'an, menggunakannya dan mengamalkannya sebagai manusia yang penuh manfaat bagi sesamanya, sebagai sarana-Nya.

Ahli Hikmah adalah orang-orang Shalih yang diberikan oleh Allah SWT ilmu dan Karomah sehingga dia tahu Rahasia Allah.
Para Ahli Hikmah umumnya dijadikan sebagai Thabib ( Penyembuh - Dokter Plus ) atau Paranormal oleh kebanyakan orang karena mereka mendapat bimbingan langsung dari Allah SWT.


MENCAPAI KEMAMPUAN TANPA BATAS

PENJELASAN SECARA ILMIAH MENGENAI METODE TERAPI NURSYIFA' YANG BISA MENYEMBUHKAN BERBAGAI PENYAKIT DAN MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH, MEMBANGKITKAN BERBAGAI MACAM KEKUATAN, KEMAMPUAN DAN POTENSI YANG TERSEMBUNYI DALAM DIRI.

Sebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang dari pelbagai penyakit. Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi pundi-pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik keuntungan jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit .

Shalat tahajjud, dzikir yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, bisa mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan hidup.

Sebaliknya bentuk-bentuk tekanan mental seperti Stress maupun Depresi membuat seseorang rentan terhadap berbagai penyakit, infeksi dan mempercepat perkembangan sel kanker serta meningkatkan metastasis ( penyebaran sel kanker ). Tekanan mental itu sendiri terjadi akibat gangguan irama sirkadian ( siklus bioritmik manusia ) yang ditandai dengan peningkatan Hormon Kortisol.

Perlu diketahui, Hormon Kortisol ini biasa dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi seseorang apakah jiwanya tengah terserang stres, depresi atau tidak.

Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker. Kanker, seperti diketahui, adalah pertumbuhan sel yang tidak normal.

Respon emosional yang positif atau coping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud, dzikir, ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol.

Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.

GABA yang bertugas sebagai pengontrol respons emosi, membuat kita bisa mengendalikan fikiran negatif, dan selalu berfikir positif. Dan otomatis kita juga bisa mengendalikan bahkan melenyapkan keinginan2 buruk dan jahat.

Terapi Nursyifa' meningkatkan aliran darah ke Talamus, Hipokampus dan Hipotalamus yang berefek meningkatkan daya fikir, menghambat sekresi kortisol, yang berefek meningkatkan daya tahan tubuh imunologik, yang bisa mengusir berbagai penyakit, memberi kesembuhan, melenyapkan Stress - Depresi.

Selain itu Terapi NurSyifa' juga memberi aliran darah ke bagian2 otak yang sebelumnya kurang atau tidak mendapat aliran darah, yang berefek bangkitnya berbagai kemampuan, kekuatan dan potensi yang selama ini tersembunyi.

Terjadi peningkatan kemampuan secara spiritual hingga ketingkat yang sulit dicerna oleh akal fikiran manusia normal, yang bisa dirasakan secara bertahap dan berkembang aktif.

Dengan metode khusus hasil pengalaman puluhan tahun, maka kemampuan tersebut bisa dikendalikan dan dipergunakan untuk berbagai hal yang bermanfaat.

Agar kemampuan itu selalu aktif, perlu untuk diterapi dengan terapi NurSyifa' secara berkala, Handphone Anda saja perlu di Charge dan pulsanya diisi ulang secara berkala agar selalu siap pakai.


Dikutip dari nursyifa.net

Keajaiban Ramadhan

MA'UNAH DAN KEKUATAN YANG TERSEMBUNYI DALAM ALAM

Mengobati Pasien Yang Sakit


KEAJAIBAN RAMADHAN

Oleh :Ustadz Ridwan Suhaidi, Sag.

Allah Swt telah melengkapi penciptaan alam ini dengan ke-Maha Kuasaan-Nya, terutama pada manusia, dan diantara manusia itu pun Allah Swt telah mempersiapkan manusia-manusia pilihan yang dilengkapi dan dibekali dengan hal-hal yang luar biasa atau musykil (aneh, tidak dapat diterima oleh akal) seperti yang dberikan kepada para nabi dan rosul berupa Mu'jizat, kepada para wali-wali Allah Swt berupa Karomah dan kepada orang biasa namun memiliki amalan yang luar biasa dan dekat kepada Allah yaitu berupa Ma'unah.

Dengan adanya perangkat ini sebenarnya Allah ingin memperlihatkan Ke-Maha Perkasaan dan Ke-Maha Kekuasaan-Nya pada hamba-Nya agar mereka sadar dan kembali pada fitrahnya sebagai insan kamil (manusia sempurna).

Begitu juga dengan alam ini, Allah Swt menciptakannya lengkap dengan hukum-hukumnya yang sesuai dengan kehidupan dan keberadaannya, ada hal-hal yang sengaja diciptakan supaya alam ini bekerja untuk manusia dan ada pula yang dapat bekerja sama dengan manusia. Adapun hal-hal yang bekerja untuk manusia ialah yang memberikan sesuatu kepada kita tanpa imbalan seperti matahari, bulan, bintang, angin, hujan, laut, dll sebagaimana firman Allah Swt :

" Dan Dia memudahkan untuk kamu apa yang di langit dan dibumi, semuanya (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir ". (QS. 45:13), sedangkan hal-hal yang dapat bekerja sama dengan kita ialah adanya sebab ciptaan Allah yang lain di muka bumi ini, apabila itu kita garap maka dia akan memberikan imbalan kepada kita, sebagai contoh: kalau kita menggarap tanah pertanian dengan baik, kemudian kita beri pupuk dan bibit yang baik niscaya ia akan memberikan hasil yang baik dan banyak kepada kita, begitu juga sebaliknya.

Selain alam dan manusia, ada makhluk-makhluk Allah yang lainnya yang memiliki hukum yang berubah-ubah. Jin, misalnya. Jin diciptakan dari api dan memiliki hukum yang sesuai dengan penciptaannya, seperti ia dapat menerobos dinding, membentuk dirinya dalam berbagai rupa, yang kesemuanya itu sesuai dengan hukum yang berlaku baginya.

Begitu pula dengan Malaikat yang diciptakan dari cahaya, malaikat juga memiliki hukum tersendiri, seperti ia dapat naik ke langit dan turun ke bumi dengan perintah Allah. Allah telah menundukan hukum naik-turun dan hukum berganti rupa dan bentuk agar memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Ketika berbicara tentang alam materi, kita bisa melepas bebas akal fikiran kita untuk mengembara ke alam itu, kita bisa memiliki dan menyibak rahasia-rahasia yang Allah simpan pada alam ini. Berbeda dengan alam non-materi atau ghaib, tentunya harus kita pelajari ilmunya dari yang membawa kabar itu kepada kita, karena alam ghaib itu merupakan sesuatu yang tidak diciptakan untuk akal manusia. Alam Malaikat - umpamanya, tidak ada manusia yang mampu memberitakannya kepada kita atau akan memberikan gambaran yang bisa diindrakan keadaannya, misalanya bagaimana rupa aslinya, watak dan hukumnya serta cara hidupnya dll, begitu pula dengan alam Jin, kesemuanya itu hanya dapat kita ketahui dari informasi dari wahyu-wahyu-Nya yang berupa kitab (Al-Qur'an) walau dengan keterbatasan akal manusia.

Contoh kasus, ketika Allah hendak memberikan gambaran yang menakutkan kepada kita tentang kondisi makanan penghuni neraka yang terdiri dari pohon Zaqqum. Allah tidak merinci dengan jelas, kecuali hanya dengan menggambarkan bahwa bentuknya seperti kepala setan (karena sangat mengerikan dan menakutkan) sebagaimana firman Allah Swt : "Sesungguhnya pohon itu keluar dari dasar neraka jahim, yang mayangnya seolah-olah kepala setan" (QS. 37:64-65)

Allah Swt menggunakan sebutan "kepala setan", karena tidak seorang pun diantara kita yang melihat setan. Buktinya, kalau kita mengundang para pelukis untuk melukiskan kepala setan, pastilah lukisan tersebut akan tidak sama, namun ada kesamaan dalam mengkhayalkannya bahwa rupa setan itu sebagai makhluk yang bermuka buruk, menyeramkan dan menakutkan.

Di alam ini, masih banyak yang terkandung suatu kekuatan lahir dan bathin, sesuatu yang dapat bekerja sama dengannya dalam kehidupan ini, yang sebenarnya inilah kekuatan yang tersembunyi yang besar sekali pengaruhnya dan sangat penting. Kita tidak akan dapat mencapainya bila Allah tidak berkenan mengungkapkannya untuk kita sebagaimana yang telah dirasakan oleh para salafusholeh dan para sufi dalam merasakan ritme atau getaran dari kemurahan Allah yang diberikan kepada mereka dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya sebagaimana yang diterapkan di Yayasan Nur Syifa yang dibimbing oleh bapak HM. Bambang Irawan dan ibu Hj. Retno Dewi yaitu terapi sekaligus beribadah dengan cara dibangkitkan tingkat kesadarannya yang didasarkan pada keikhlasan dan kepasrahan akan kekuasaan Allah Swt dan membangkitkan sugesti si pasiennya untuk senantiasa berjuang demi mengharapkan kesembuhan dari Allah agar kembali kepada fitrahnya dengan cara dialirkannya energy, sehingga si pasien dapat merasakan energy tersebut yang pada akhirnya secara spontan ia telah melakukan proses penyembuhan diri dari dalam, tapi bila dipandang perlu atas petunjuk Allah Swt bahwa si pasien yang diterapi menderita hal-hal yang luar biasa (baik secara medis, maupun non-medis), cara terapinya pun atas petunjuk Allah dengan menggunakan Ma'unah, artinya dengan di aktifkannya energy ilahiyah yang langsung mengarah kepada bagian yang diderita dan hasilnya pun berbeda dengan terapi biasa (dengan tidak mengurangi kemustajaban ke-Maha Kuasaan Allah) seperti yang di alami oleh beberapa pasien yang datang berobat, menurut istilah pak HM. Bambang adalah Keajaiban Ramadhan.

Banyak lagi kisah-kisah yang menerangkan tentang Maunah ini (dalam berbagai bidang kehidupan), diantaranya dikabulkannya do'a orang-orang musyrik oleh Allah tatkala mereka berada di atas perahu yang mengarungi lautan, lalu ada badai yang menerjang dan gelombang yang datang dari segala penjuru, mereka berdo'a kepada Allah dari situasi yang sulit (kritis) itu dengan sungguh-sungguh dan tulus, lalu Allah mengabulkan do'a mereka, sekalipun setelah itu kesungguhan dan ketulusan mereka berubah, seperti yang termaktub dalam QS. Yunus:22-23, Allah berfirman :

" Dialah Allah yang menjalankan kamu di darat dan di laut, sehingga apabila kamu berada dalam perahu, dan perahu itu berlayar membawa mereka dengan angin yang baik dan mereka pun senang karenanya, (tiba-tiba) datanglah angin topan dan datang pula kepada mereka ombak dari segala penjuru serta mereka menyangka bahwa mereka diliputi oleh bahaya, maka mereka berdoa kepada Allah dengan penuh ikhlas karena beragama kepada-Nya semata,"Sungguh jika Engkau selamatkan kami dari bahaya ini niscaya kami menjadi orang-orang yang bersyukur. Maka setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia sesungguhnya kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri dalam kesenangan kehidupan dunia, kemudian kepada kami tempat kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS.10:22-23)

Allah menyelamatkan mereka dengan Ma'unah-Nya dikarenakan mereka berdo'a dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya, pada saat seperti mereka kembali kepada fitrahnya, tuhan-tuhan yang mereka sembah tiada berguna dan tidak ada yang menyisa di hadapan mereka kecuali Allah Swt, maka mereka berdo'a secara tulus dan menghadap kepada-Nya.

Kisah lain yaitu tentang 3 (tiga) orang yang terperangkap di dalam goa sebagaimana yang ditulis oleh Al-Hafizh Al-Mundziry dalam bukunya "At-Targhib wat-Tarhib" yang diakhir kisah ini ketiga orang tersebut selamat dan dapat keluar dari kesulitan yang menimpa mereka, walau hanya dengan berdo'a dan mengharapkan keridloan Allah atas amalan baik yang telah mereka perbuat, itu pun suatu Ma'unah dari Allah Swt.

Jadi ternyata antara alam dan manusia dapat bekerja sama dalam menggapai kasih sayang Allah sehingga apabila kita mendapatkan kesulitan dan hidup ini Allah Swt akan menyelamatkan kita dengan Ma'unah (secara luar biasa). Itulah yang dipraktekan oleh bapak HM. Bambang Irawan yaitu dengan diaktifkannya energy yang menyingkap rahasia tabir penghalang yang selama itu menyelimuti si pasien sehingga Nur Ilahi dapat masuk secara spontan dan akhirnya sembuh ---total (MA'UNAH).

Semoga bacaan ini dapat menggugah hati sanubari kita untuk tetap mengingat Allah dan taat atas apa yang dikehendaki-Nya dengan mengharap ridlo Allah Swt. Berdzikir, berdzikir dan berdzikir, maka hati kita akan tenang.



Dikutip dari nursyifa.net