My Blog


Monday, October 26, 2009

Tabir(Hijab) Yang Membatasi Diri Dengan Allah

Membuka Tabir (Hijab) Yang Membatasi Diri Dengan Tuhan
A. Membina Peribadi
1. Perbaikan Akhlak Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Kahfi: 110)
• "Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (memperbaiki akhlak) dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam beribadat kepada Tuhan (bersih dari segala kotoran hawa nafsu)"
Al-Ghazali di dalam kitabnya Kimyaus-Saadah menyatakan
• "tujuan perbaikan akhlak ialah membersihkan qalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah hingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan".
2. Sabar Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Baqarah: 45 - 46)
• "Jadikanlah sabar dan Salat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tugas berat kecuali bagi orang yang khusyu".
Orang - orang yang khusyu' itu ialah orang yang menyukai bahwa mereka itu akan bertemu dengan AlLah dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya"
Menurut Al-Ghazali, 'Sabar' ialah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata - mata kerana menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat"
Pembahagian Sabar:
• a) Sabar Disiplin / Taat
o i) Sabar sebelum taat, ialah niat yang ikhlas, tujuan yang benar, merasa berkewajipan atas keyakinan agama dalam menerima peraturan berupa perintah atau larangan.
o ii) Sabar melaksanakan taat, ialah melaksanakan kewajipan sampai selesai, berkala atau terus menerus dengan penuh tanggungjawab dan kesungguhan.
o iii) Sabar setelah taat, ialah tidak merasa bangga dengan selesainya pekerjaannya, tidak iri hati atau kekurangan atau kelebihan orang lain, tidak ria' untuk dikagumi hasil usahanya.
• b) Sabar Berkewajipan. Mengetahui sesuatu kewajipan tidak cukup untuk dapat dikerjakan tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa adanya kesabaran.
• c) Sabar menurut hukum terbahagi:
o Sabar untuk menjauhkan diri dari segala yang haram,hukumnya 'wajib'.
o Sabar untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan makruh, hukumnya 'sunat'.
o Sabar dalam menjalankan hukuman kerana pelanggaran maka hukumnya 'harus'.
o Sabar membela kehormatan atau hak milik hukumnya 'haram'. Sifat sabar dalam keadaan ini dinamakan 'sabar Saja'ah' (sabar berani). Firman AlLah dalam Al-Quran (S. Al-Anfaal: 46) "Bersabarlah kamu sekalian, sesungguhnya AlLah beserta mereka yang sabar".
3) Syukur. Berterima kasih kepada AlLah atas segala nikmat pemberianNya. Erti Syukur, keadaan seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh AlLah itu hanya untuk membuat kebajikan.
4) Ridha bil Qadha. Ridha ertinya rela menerima dengan apa yang ditentukan dan ditaqdirkan AlLah kepadanya. Rela berjuang atas jalan AlLah mencari semata - mata keridhaan AlLah (Ibtighaa MadhatilLah).
Kesimpulan Sabar, Syukur dan Ridha adalah tiga sifat terpuji yang sangat bernilai tinggi, dapat membawa kepada ketinggian budi pekerti dan akhlak dan merupakan kekuatan yang dapat menolong untuk berkemahuan keras, berjiwa besar dan bertanggungjawab.
Pendidikan Tasauf pertama - tama dengan pembaikan akhlak, mencapai tingkat demi tingkat yang lebih tinggi, dari Muslim biasa kepada Mukminin kepada Muhsinin kepada Muttaqin kepada Mukarrabin kepada Arifin - mengenal dan merasai Tuhan yang sungguh - sungguh. Dengan sifat - sifat yang tersebut, mereka memasuki latihan - latihan jiwa dan mujahadah dengan Sistem berikut :
• Takhalli - mensuci bersih diri dari segala dosa lahir dan dosa bathin.
• Tahalli - mengisi diri dengan segala sifat yang terpuji.
• Tajalli - memperoleh hakekat kenyataan Tuhan kerana suci bersihnya hati mereka mencintai AlLah. B Latihan Rohani dan Tingkat - Tingkat Yang Harus Dilalui
1. Tujuan Takhalli ialah:
a]. Membersihkan diri dari kotoran hati / sifat - sifat tercela.Firman AlLah dalam Al-Quran (S. As-Sams: 9 & 10) "Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya".
• Sifat - sifat yang mengotori jiwa / hati
• Hasad - irihati
• Haqad - dengki / benci
• Suuz-zan - sangka buruk
• Kibir - sombong
• Ujub - merasa sempurna diri dari orang lain
• Riya - mempamerkan kelebihan diri
• Suma' - cari nama atau kemasyuran
• Bukhul - bakhil / kikir
• Hubbul Mal - cinta kebendaan
• Tafahur - membanggakan diri
• Ghadab - pemarah
• Ghibah - pengumpat
• Namimah - bicara belakang orang
• Kizib - dusta
• Khianat - munafik Maksiat Lahir - segala perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merosak orang atau diri sendiri sehingga membawa pengorbanan benda - benda, fikiran dan perasaan. Maksiat Bathin - lebih berbahaya kerana tidak kelihatan dan kurang disedari dan sukar dihilangkan.
b]. Cara membersihkan jiwa / hati Tersingkapnya tabir / hijab yang membatasi diri dengan Tuhan ialah suci bersihnya diri / jiwa dari kotoran - kotoran maksiat lahir dan maksiat bathin. Menurut Ahli Tarekat ada 4 dinding / hijab yang membatasi diri dengan Tuhan dan ada 4 juga jalan yang dapat membuka dinding / hijab itu.
i) Tingkat Pertama : Suci dari Najis dan Hadas - Bersih dari najis maka wajib bersuci dengan air atau berinstinja dengan tanah. - Suci dari hadas besar (keluar mani) maka wajib mandi. - Suci diri dari hadas kecil maka wajib berwudhu. * Seorang yang hendak menghubungkan diri dengan Tuhan maka wajib bersih badannya, bersih pakaiannya, bersih tempatnya, bersih lahir dan bathinnya.
ii) Tingkat Kedua : Suci Dari Dosa Lahir Ada 7 anggota badan yang membuat dosa lahir yang disebut maksiat, iaitu :
• Mulut - dusta / ghibah
• Mata - melihat yang haram
• Telinga - mendengar cerita kosong
• Hidung - menimbulkan rasa benci
• Tangan - merosak
• Kaki - berjalan membuat maksiat
• Kemaluan - bersyahwat / berzina (termasuk makan yang haram).
iii) Tingkat Ketiga : Suci dari Dosa Bathin Ada 7 alat pembuat dosa bathin yang dinamakan 7 Lataif (Petikan : Pengantar Ilmu Tarekat oleh Abubakar Aceh)
• Latifatul Qalby - berhubungan jantung jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kiri. Di sinilah letaknya sifat - sifat kemusyrikan, kekafiran dan ketahyulan dan sifat - sifat iblis. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 5000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Makrifat.
• Latifatu Roh - berhubungan Rabu jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kanan. Di sinilah letaknya sifat Bahimiyah (binatang jinak) iaitu sifat menurut nafsu. Untuk mensucikannya zikir dengan dipalu sekeras - kerasnya 1000 kali - AlLah, AlLah.
• Latifatus-Sirri. Letaknya dua jari di atas susu kiri. Di sinilah letaknya sifat 'Syabiyah' (binatang buas) iaitu sifat zalim / aniaya, pemarah dan pendendam. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 1000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat kasih sayang dan ramah - tamah.
• Latifatul Khafi - dikenderai Limpah jasmani. Letaknya dua jari di atas susu kanan. Di sinilah letaknya sifat 'Syaitanuyah' iaitu hasad / dengki, munafik dan khianat. Untuk mensucikannya berzikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah dengan dipalukan sekeras - kerasnya. Pada tingkat ini hati diisi sifat Syukur dan Sabar.
• Latifatul Akhfa - berhubungan empedu jasmani. Letaknya di tengah - tengah dada. Di sinilah letaknya sifat ria, takbur / sombong, ujub / membanggakan diri dan Sum'a / cari nama atau kemasyuran. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi sifat Ikhlas, Khusyu', Tadarru Tafakkur.
• Latifatun-nafsun-Natiqa. Letaknya di antara dua kening. Di sinilah letaknya 'nafsu ammarah' penghalang besar untuk menciptakan perbaikan masyarakat. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Tenteram dan Pikiran Tenang.
• Latifah kullu Jasad - kenderai seluruh tubuh jasmani. Dalam Latifah inilah terletak sifat jahil dan ghaflah (kejahilan dan alpa). Untuk mensucikannya hendaklah dizikirkan 1000 kali - AlLah, AlLah sehingga mengalir zikir disekujur badan jasmani sehingga tiada tempat untuk sifat kebendaan / kejahilan dan kelalaian / Ghaflah. Pada tingkat ini hati diisi pula sifat Ilmu dan Amal.
iv) Tingkat Keempat : Suci Hati Rabbaniyah Yang dimaksudkan Latifatul Qalby di sini bukan jantung jasmani tetapi "Latifatur Rabbaniyah" adalah Roh yang suci yang paling halus dan memerintah serta mengatur badan dan anggota badan jasmani. Dialah hakekat diri yang sebenar diri. Induk kepada latifah - latifah lain. Sabda RasululLah s.a.w.
• "Di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia rosak maka rosaklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia itu ialah 'hati'.
Pada Latifah Rabbaniyahlah tempat jatuhnya penilikan AlLah kepada manusia. Menurut Kaum Sufi, bahawa kehidupan dan alam penuh dengan rahsia - rahsia tersembunyi. Rahsia tertutup oleh dinding/hijab tetapi bisa terbuka dan dapat tersingkap, dapat melihat atau merasai atau berhubungan dengan terang ter-rahsia asal kita menempuh jalannya. Jalan itulah dinamakan 'Tarekat'. Ahli Tarekat menempuh jalan didikan 3 tingkat iaitu
• Takhalli,
• Tahalli dan
• Tajalli.
2. Tujuan Tahalli ialah:
Mengisi diri dengan sifat - sifat terpuji / menyinari hati.
a) Dasar Perbaikan Akhlak. Kaum Sufi mengatur suatu ajaran untuk memperbaiki tata kehidupan dan penghidupan manusia agar manusia itu menjadi 'manusia wara' yang ikhlas dalam beribadat kepada AlLah, ikhlas dalam pengabdian melayani masyarakat dan damai / berpartisipasi dalam kehidupan. Firman AlLah dalam Al-Quran (S. An-Nahl: 90)
"Bahwa sesungguhnya AlLah memerintahkan untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, hidup berkeluarga. Dan melarang kekejian, kemungkaran dan bermusuhan. Bahwa Tuhan mengajarkan kepada kamu sekalian (pokok - pokok akhlak itu) agar kamu sekalian menjadi perhatian"
Ajaran itu menurut istilah sufi dinamakan: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Sistem ajaran ini memerlukan latihan - latihan dan perjuangan dengan tanjakan - tanjakan dari satu tingkat ke tingkat lebih tinggi yakni dari mensuci bersihkan hati ke tingkat menyinari hati sampai dekat diri kepada AlLah dalam keadaan Tajalli.
b) Sifat yang Mnyinari Hati / Jiwa. Sifat yang menyinari hati / jiwa menurut Kaum Sufi dinamakan sifat - sifat terpuji. Menurut Al-Ghazali di dalam kitabnya "Arbain fi Usulid-Din" antara sifat - sifat terpuji itu ialah:
• Taubat - menyesali diri dari perbuatan yang tercela
• Khauf / Taqwa - perasaan takut kepada AlLah
• Ikhlas - niat dan amal yang tulus atau suci
• Syukur - rasa berterima kasih
• Zuhud - hidup sederhana, apa adanya
• Sabar - tahan diri dari segala kesukaran
• Ridha - bersenang diri menerima keputusan AlLah
• Tawakkul - menggantungkan diri, nasib kepada AlLah
• Mahabbah - cinta kepada AlLah semata - mata
• Zikrulmaut - selalu ingat mati Maka apabila manusia telah menaungi dan mengisi hatinya dengan sifat - sifat terpuji itu maka hati menjadi cerah dan terang dapat pula menerima cahaya dari sifat - sifat tadi.
c) Mendekatkan Diri kepada AlLah. Untuk mendekatkan diri kepada AlLah perlu melalui apa yang lazim dikerjakan oleh Kaum Sufi iaitu Kesempurnaan Agama Islam yang dapat dicapai dalam 4 tingkat.
i) Tingkat Pertama : Syariat Ertinya mengerjakan amal badaniyah daripada segala hukum - hukum: shalat, puasa, zakat dan haji. Syariat adalah peraturan - peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Tujuan utama syariat ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma'ruf dan nahi mungkar. Syariat membahagi ma'ruf kepada 3 kategori:
o 1. Fardhu atau wajib
o 2. Sunnat atau mustahab
o 3. Mubah atau harus
Selanjutnya syariat membahagi munkarat atas 2 bahagi iaitu :
o 1. Haram
o 2. Makruh
Peraturan - peraturan yang diatur oleh syariat itu adalah atas dasar Quran dan Sunnah yang merupakan sumber hukum dalam Islam untuk keselamatan manusia. Menurut Ahli Sufi, bahawa syariat itu baru merupakan tingkat pertama menuju jalan kepada Tuhan. Tarekatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu. Apabila 'Syariat' dan 'Tarekat' dikuasai maka lahirlah 'Hakekat' yang tidak lain daripada perbaikan keadaan dan ehwal, sedang tujuan terakhir adalah 'Makrifat' iaitu mengenal Tuhan yang sebenar - benarnya, serta mencintainya sebaik - baiknya. Syariat ialah pengenalan perintah dan Hakekat ialah pengenalan pemberi perintah.
ii) Tingkat Kedua : Tarekat Dasar - dasar pokok mengenai Tarekat antara lain:
1. Sebuah Hadis Qudsi menyatakan : "Adalah Aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka kujadikanlah makhluk: Maka dengan AlLah mereka mengenal Aku". Dasar "Wihdhatul Wujud" yang menjadi faham Ahli Tarekat. Bahawa AlLah itu permulaan kejadian, yang awalnya tiada permulaan. AlLah telah ada dan tiada yang lain besertaNya. Dan kerana supaya zatnya dilihat pada sesuatu yang bukan zatnya, sebab itulah dijadikan segenap kejadian (Al-Khaliq).
2. Firman AlLah dalam Al-Quran (S.Al-Jin: 16)
"Dan bahawa jika mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu "TAREKAT" sesungguhnya akan Kami beri rezeki / rahmat yang berlimpah - limpah".
"Tarekat" adalah suatu sistem (tariqah) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan adanya Tuhan, dalam keadaan seseorang dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya (ainul basirah). Ini didasarkan atas pertanyaan Saidina Ali bin Abi Thalib kepada RasululLah: "Manakah Tarekat yang sedekat - dekatnya mencapai Tuhan? Yang dijawab RasululLah s.a.w. : "tidak lain daripada zikir kepada AlLah". "Syariat" mewajibkan seseorang mengadap Kiblat dalam Shalat, maka "Tarekat" tidak sampai di situ saja. Tarekat berpegang kepada Firman AlLah: "Sembahlah Aku". Yang bermaksud semua ibadah dilakukan kerana tujuan untuk ber-Taqwa (takut) kepada AlLah. Tetapi bukan setakat pengertian "syariat" iaitu mengerjakan apa yang diperintah dan menjauhkan apa yang dilarang. Tetapi menurut Ahli Tarekat Taqwa adalah perpaduan dari 4 sifat:
o 1. (ta) - Taubat
o 2.(qaf) - Qinaah atau khusyu'
o 3. (wauw) - Wara
o 4. (alif) - Ikhlas beribadah mencari keridhaan AlLah
iii) Tingkat Ketiga : Hakekat Syariat merupakan peraturan, Tarekat merupakan pelaksanaan maka hakekat adalah tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar - benarnya. Menurut Tarekat, hati wajib menghadap kepada AlLah berdasarkan ayat Quran: "Fa'buduny - sembahlah Aku". Menurut kita menyembah Tuhan seolah - olah Tuhan terlihat, berdasarkan Hadis: "Sembahlah Tuhanmu, seakan - akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan melihat kamu".
Menurut Makrifat, ialah mengenal AlLah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadat itu. Yang dengan khusyu' seseorang hamba merasa berhadapan dengan AlLah, ketika ini perasaan bermusyahadah berintai - intaian dan bercakap - cakap dengan Tuhan seolah - olah AlLah berkata: "Innany Ana AlLah - Aku inilah Tuhan yakni AlLah" maka kehadiran "hati" berkata: "Anta AlLah - Engkaulah AlLah". Lalu AlLah berkata lagi: "Iqimis-shalata lizikry - bershalatlah untuk mengingat akan Aku". Demikian "hakekat", ialah membuka kesempatan bagaimana salik mencapai maksudnya, iaitu mengenal Tuhan, Ma'rifatulLah dan Musyahadah Nur yang Tajalli.
Al-Ghazali menerangkan : "Bahawa Tajalli itu ialah terbuka Nur cahaya yang ghaib bagi hati seseorang dan sangat mungkin yang dimaksudkan dengan Tajalli ialah Mutajalli yang tidak lain daripada itulah AlLah".
iv) Tingkat Keempat : Ma'rifat. Ma'rifat adalah tujuan pokok, yakni: mengenal AlLah yang sebenar - benarnya. Taftazany dalam kitabnya "Syarhul Maqsid" menerangkan: "Apabila seseorang mencapai tujuan terakhir dalam pekerjaan suluknya - ilalladan fillah, pasti dia tenggelam dalam lautan tauhid dan irfan sehingga zatnya selalu dalam pengawasan zat Tuhan dan sifatnya selalu dalam pengawasan sifat Tuhan. Ketika itu orang itu fana dan lenyap dalam keadaan "masiwallah" apa yang bersifat bukan AlLah. Dia tidak melihat wujud alam ini melainkan AlLah. Al-Ghazali menerangkan: "bahawa hatilah yang dapat mencapai hakekat sebagaimana yang tertulis pada Lauhin Mahfud, iaitu hati yang sudah bersih dan murni. Alhasil, tempat untuk melihat dan Ma'rifat AlLah adalah "HATI".
3. Tujuan Tajalli ialah:
Mencari Kenyataan AlLah. Firman AlLah dalam Al-Quran (S.An-Nur: 25)
"AlLah itu cahaya langit dan bumi"
Berlandaskan ayat ini Ahli Sufi yakin beroleh pancaran Nur AlLah Tajallinya AlLah. Demikian AlLah Tajalli dengan af-al, asma' dan zatNya yang tidak tersembunyi, "mutajalli min zatihi la yakhhfa". Dalam menempuh jalan (tarekat) untuk memperoleh kenyataan Tuhan (Tajalli), Ahli Sufi berusaha melalui ridha dengan latihan - latihan dan mujahadah (perjuangan) dengan menempuh jalan, antara lain melalui dasar pendidikan 3 tingkat iaitu: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Ada pula yang menempuh jalan suluk dengan sistem "Muratabatu - thariqah" yang terdiri dari 4 tingkat: (seperti sistem yang dipakai oleh Tarekat Naqsabandiah) :
• 1. Taubat
• 2. Istiqamah : Taat lahir dan bathin
• 3. Tahzib : terdiri dari beberapa riadhah / latihan seperti puasa, mengurangi tidur dan menyendiri.
• 4. Taqarrub : mendekatkan diri kepada AlLah dengan berkhalwat, zikir terus - menerus.
Seterusnya maka sampailah salik pada Maqam Nihayah: Fana-uhu 'ala baqa-ihi wa ghaya-tuhu 'ala hudu-rihi iaitu fana dalam kebaqaan AlLah dan lenyap dalam kehadiran AlLah. Hal demikian bisa berhasil kerana Tuhan Maha cahaya terhadap hambaNya dan Tuhan adalah sumber cahaya dan Ilmu. Apabila Tuhan telah menembusi hati hambaNya dengan 'nur' dan cahayaNya, maka berlimpah ruahlah Rahmat.
(Petikan: Pengantar Ilmu Tarekat oleh H. Abubakar Aceh).
Hasil Tulisan Seorang Sahabat
Mudah - mudahan bermanfa'at kepada mereka yang mencari... WalLahu A'lam

Thursday, October 22, 2009

Isra Mi'rad.

PERJALANAN NABI S.A.W DARI MASJIDIL AQSHA KE SIDRATIL MUNTAHA
Selanjutnya mari kita telusi perjalanan Nabi Nuhammad s.a.w dari
Masjidil Aqsha ke Sidratil Mustaha, yakni Mi'raj. Sebagaimana telah di terangkan dalam uraian terdahulu, bahawa Nabi telah sholat berjama'ah bersama Nabi-nabi dan Nabi s.a.w memperolehi kehormatan bertindak sebagai Iman sholat. Setelah selesai sholat bersama para Nabi, Beliau keluar dari Masjidil Aqsha, kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada Jibril: Wahai Jibril aku merasa haus. Jibril telah menyadiakan dua buah gelas, satu berisi arak dan yang satu lagi berisi susu. Lalu Nabi pun memilih gelas berisi susu dan meminumnya. Jibril pun berkata: Andai tuan memilih arak, maka niscaya akan sesatlah ummat tuan. Selanjutnya Malaikat Jibril menyediakan tangga Mi'raj yang diambil dari syurga. tangga Mi'raj itu di dibuat daripada emas dan perak berlapis mutiara. Melalui tangga inilah dengan berkendaraan Buraq Nabi s.a.w, bersama Malaikat Jibril lalu naik ke langit pertama yaitu langit dunia.
Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Nabi Muhammad s.a.w. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Kemudian pintu langit pun dibuka, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril segera masuk ke langit pertama.

DI LANGIT PERTAMA
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan
Nabi Adam a.s, bapak seluruh umat manusia. Ketika Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau disambut serta Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan. Pertemuan Nabi Muhammad s.a.w dengan Nabi Adam a.s, di langit pertama ini sebenarnya merupakan suatu i'tibar, apabila kita berniat akan memulakan perkerjaan atau perjalanan, hendaklah terlebih dahulu kita datang kepada orang tua, yakni ayah dan ibu untuk memohon do'a restu keduanya agar perkerjaan dan perjalanan itu memperolehi kejayaan serta mendapat keselamatan. Kemudian perjalanan di teruskan, naiklah Nabi s.a.w bersama Jibril kelangit kedua.

DI LANGIT KEDUA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kedua, masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kedua Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan
Nabi 'Isa a.s dan Nabi Yahya a.s. Kedua orang Nabi ini kemudian memberikan do'a restunya untuk keselamatan Nabi Muhammad s.a.w. Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit yang ke tiga.

DI LANGIT KETIGA
Sebagaimana di langit pertama dan kedua, begitu juga sampai didepan langit ketiga. Setelah selesai terjawab semua pertanyaan, di bukalah pintunya di sertai penghormatan oleh penjaga langit itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Yusuf a.s, yaitu seorang hamba Allah yang memperolehi kurnia kecantikan paras wajahnya. Pertemuan antara Nabi Muhammad s.a.w, dengan Nabi Yusuf a.s, di langit yang ketiga ini tidak ubahnya seperti pertemuan dua saudara. Selanjutnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke empat.

DI LANGIT KEEMPAT
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Idris a.s yang telah memperolehi kurnia tempat yang tinggi dari Allah s.w.t. Pertemuan ini pun tak ubahnya seperti pertemuan dua orang saudara yang telah lama berpisah. Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril terus
naik ke langit yang ke lima.

DI LANGIT KELIMA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kelima, masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kelima, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Harun a.s. dengan penuh penghormatan. Pertemuan inipun tidak ubah seperti pertemuan dua orang saudara, penuh mesra dan saling hormat. Seterusnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke enam.
DI LANGIT KE ENAM
Di langit ke enam ini Nabi s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s. Disini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan suatu keanehan, sebab tiba-tiba saja Nabi Musa a.s menangis tersedu-sedu. Apabila di tanyakan kepada Beliau..Beliaupun menjawab: Kerana aku tidak mengira ada seorang Nabi yang di utus Allah sesudahku, ummatnya akan lebih banyak yang masuk syurga dari ummatku. Kemudian perjalanan di teruskan ke langit ketujuh.
Hadis Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah menceritakan tentang perjalanan Israknya. Baginda bersabda: Nabi Musa a.s berkulit sawa matang dan tinggi seperti seorang lelaki dari Kabilah Syanu'ah. Manakala Nabi Isa a.s pula berbadan gempal, tingginya sederhana. Selain dari itu baginda juga menceritakan tentang Malik penjaga Neraka Jahanam dan Dajjal
DI LANGIT KE TUJUH
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s, disaat itu Nabi Ibrahim sedang bersandar di Baitul Ma'mur. Nabi s.a.w di sambut dengan baik, penuh penghormatan seperti menyambut anak sendiri. Nabi Ibrahim a.s sempat memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad s.a.w . sebagai berikut: Wahai Muhammad, aku nasehatkan agar engkau menyuruh ummatmu untuk memperbanyak tanaman syurga. Nabi s.a.w bertanya: Apa-kah yang tuan maksud dengan tanaman syurga itu?. Jawab Nabi Ibrahima a.s. Tanaman syurga ialah ucapan : LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM atau ucapan SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WALAA ILAAHA ILLALLAAHU HUWALLAAHU AKBAR.
Perlu di ketahui bahawasanya Baitul Ma'mur adalah masjid para Malaikat yang setiap harinya tidak kurang dari 70,000 malaikat masuk kedalamnya dan apabila telah keluar, tidaklah mereka mengulanginya lagi.
Tidak lama kemudian Jibril menghidangkan tiga buah gelas, masing-masing berisi arak, air susu dan madu, supaya Nabi s.a.w memilihnya manakah yang lebih disukainya. Beliaupun memilih air susu, lalu di minumnya. Berkatalah Jibril: Benarlah engkau ya Muhammad. Itulah lambang kesucian engkau. Demikian malaikat Jibril mengatakan.
DI SIDRATIL MUNTAHA
Di Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan keindahan panorama yang tiada bandingannya dan tidak terdapat di tempat manapun apa lagi di dunia ini. Dalam satu kesempatan di Sidratul Mutaha, Nabi Muhammad s.a.w sempat melihat, rupa Malaikat Jibril yang asli. Di sebut dalam satu hadis yang di riwayat Bukhari dan Muslim bahawasanya Jibril mempunyai enam ratus sayap. Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w di ajak oleh Malaikat Jibril menyaksikan keindahan bengawan Al-Kautsar, sampai ke depan pintu gerbang syurga kemudian Beliau masuk ke syurga, di dalam syurga Beliau menyaksikan hal-hal yang menghairankan, yang belum pernah Beliau saksikan sebelumnya, juga mendengar suara-suara yang belum pernah Beliau mendengarnya, bahkan apa saja yang menjadi kehendak hati seketika wujud. Kesemuanya itu disaksikan oleh Nabi s.a.w di dalam syurga, bahkan Beliau sempat membaca tulisan yang terpampang di pintu syurga sebagai berikut, yang ertinyat:
SEDEKAH MEMPEROLEH PAHALA SEPULUH KALI LIPAT DAN MENGHUTANGI MEMPEROLEHI PAHALA DELAPAN BELAS KALI LIPAT.
Bertanyalah Nabi s.a.w kepada Jibril: Mengapakah pahala orang yang memberi hutang lebih besar dari pada pahala orang bersedekah?. Jibril menjawab: Benar, sebab orang yang di beri sedekah terkadang masih mempunyai persediaan hidup, sedangkan orang yang berhutang sudah barang tentu dia sangat memerlukan, yakni tidak mempunyai persediaan, sedangkan ia tidak sudi berbuat meminta-minta. Untuk kesempurnaan pengetahuan Nabi s.a.w, diajak melihat keadaan melihat neraka, di sisi Beliau meyaksikan bermacam-macam penyiksaan dan sebagainya. setelah menyaksikan keadaan syurga dan neraka, kemudian Nabi s.a.w meneruskan perjalanan naik ke Sidratul Muntaha sendirian tampa ditemani oleh Malaikat Jibril, lantaran Jibril merasa berat untuk melangkah lebih tinggi lagi. Di Sidratul Muntaha Beliau mendengar suara goresan pena penulis, yaitu kalam yang menulis hukum-hukum Allah di Lauhul-Mahfuzh.
Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w diangkat naik setingkat lagi sampai ke 'Arasy disinilah Nabi s.a.w menerima perintah solat yang wajib di laksanakan oleh Nabi s.a.w dan segenap ummatnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Dan akhirnya hanya tinggal lima waktu sehari malam setelah dinasihati oleh Nabi Musa a.s dan diperkenankan oleh Allah.
Juga di 'Arasy, Nabi Muhammad s.a.w, menerima beberapa khushushiyyah yang belum pernah diberikan kepada para Nabi terdahulu. Mengenai beberapa khushushiyyah, yang disebut antara lain sebagi berikut:
Nabi s.a.w diberi oleh Allah : Surah Al-Fatihah dan akhir Surah Al-Baqarah dari ayat AAMANAR RASUULU sampai kepada firmanNya FAN SHURNAA 'ALAL-QAUMIL KAAFIRIINA.
Allah berfirman dalam surah Al-Fatihah.
Yang bermaksud: Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 285 & 286. Yang bermaksud: Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali". Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir".
Nabi s.a.w menerima Ilmu tentang:
1. Islam 5. Puasa Rammadhan
2. Hijrah 6. Amal Ma'ruf
3. Jihad 7. Nahyi Mungkar
4. Sedekah 8. Solat
Nabi Muhammad s.a.w memperolehi darjat yang tertinggi, yaitu Asma Allah di sebutkan bersamaan dengan nama Muhammad ( LAA-ILAAHA ILLALLAAHU, MUHAMMADUR-RASUULULLAAH ) di dalam azan, tasyahhud dan lain-lainnya
* Nabi Muhammad s.a.w juga menerima sebutan (gelar).... HABIBULLAH dan SAYYIDUL AWWALIINA WAL AKHIRIINA .
Setelah Nabi Muhammad s.a.w melakukan tugas perjalanan Isra' dan Mi'raj, dengan membawa perintah solat lima waktu sehari semalam, maka Beliau turun sampai ke Masjidil Haram di Mekah. Beliau datang di Mekah sebelum subuh. Keesokan harinya Beliau menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj yang dialaminya semalam kepada Abu Jahal dan segenap kaumnya. Kaum Quraisy amat gembira mendengar cerita Nabi s.a.w ini, kerana menjadikan bukti yang jelas, akan kedustaan dan kepalsuan seruan Nabi Muhammad s.a.w. Cerita ini yang menurut mereka amat berlebih-lebihan dan melampaui batas ini akan menjadi sebab yang dapat menjauhkan orang dari Nabi Muhammad s.a.w. dan orang yang masih ragu-ragu akan segera meninggalkan Nabi s.a.w dan tidak akan memikirkan lagi untuk mengikui dan menerima agamanya. Dugaan kaum Quraisy meleset, hal ini ternyata, utusan yang dikirim kaum Quraisy kepada Abu Bakar As-Shiddiq menyampaikan pertanyaan: Abu Bakar, dapatkah engkau mempercayai dan membenarkan Muhammad yang mengatakan ia baru saja pergi ke Baitul Maqdis dan dari sana ia terus naik ke langgit yg ke tujuh, lalu pada malam itu juga ia kembali ke Mekah?..Pertanyaan ini dijawab oleh Abu Bakar dengan tegas. Kalau memang Beliau menyatakan demikian, benarlah ia dan pun percaya.
Utusan Quraisy mengulangi pertanyaan: Apakah engkau membenarkan hai Abu Bakar?. Dengan tegas Abu Bakar menjawab: Aku membenarkan dan aku yakin dan percaya. Dengan jawaban Abu bakar yang demikian mereka kecewa dan memfitnah Nabi Muhammad s.a.w dan menuduhnya sebagai seorang pendusta, gila dan lain sebagainya. Dengan demikian kita dapat memgambil kesempulan, bahawa sejak dahulu hingga sekarang kaum muslimin telah yakin dan percaya serta beriman terhadap peristiwa Isra' dan Mi'raj. Sebagai penutup marilah kita berdo'a semoga Allah s.w.t selalu berkati, melindungi kita dan mudah-mudahan kita senantiasa di bawah naungan keredhaan Nya.

Tuesday, October 13, 2009

SABAR

KESABARAN DALAM MENAHAN GELORA NAFSU
Maksud " SABAR " di dalam konteks amalan hati ialah menahan nafsu daripada dipengaruhi oleh sebarang gelora atau kegemparan hati atau perasaan atau rangsangan yang menimbulkan rasa marah atau memberontak, resah gelisah, tidak rela, sugul, kecewa atau putus asa, akibat daripada pengalaman kesusahan, ketidak selesaan atau sesuatu keadaan yang tidak disukai atau diingini. Kesabaran itu harus meliputi empat tindakan iaitu :
1. Tabah dan tekun di dalam melakukan taat
2. Menahan diri daripada melakukan maksiat atau kemungkaran
3. Memelihara diri dari godaan dunia, nafsu dan syaitan.
4. Tenang atau teguh hati menghadapi cubaan musibah
Sabar adalah satu tuntutan agama dan satu perisai untuk menahan diri daripada fitnah nafsu yang bergelora. Orang yang gagal bersabar akan gagal di dalam hidup dan akan rugi di dunia dan akhirat. Antara tujuan kita di suruh bersabar itu ialah:
1) Supaya dapat mengerjakan ibadah dengan tenteram dan dapat kesempurnaan dan seterusnya mencapai matlamatnya. Jika tidak sabar, tekanan dan ekoran daripada pelbagai kesukaran atau daripada padah pelbagai musibah menjadikan kita keluh kesah. Lalu hilang punca dan pertimbangan. Keadaan ini tentunya akan menghilangkan penghayatan dalam kerja ibadah.
2) Untuk kita berfikir dengan lebih matang. Apabila nafsu telah menguasai akal, akal tidak dapat berfikir secara rasional di dalam menghadapi tindakan yang akan dilakukan. Segala yang dilakukan itu hanya betul mengikut ukuran nafsu. Akibatnya apabila terjadi kerosakan atau kecelakaan disebabkan tindakan itu, diri manusia sudah tidak dapat mengelak, jadilah manusia itu terbelenggu disebabkan perbuatannya yang melulu. Kerana itu di dalam menangani nafsu yang bergelora, sabar itu sangat perlu. Di samping kita disuruh untuk bermujahadah (berperang) dengan nafsu yang jahat. Sabda Rasulullah s.a.w:
"Sejahat-jahat musuh kamu iaitu nafsu yang di antara dua lambungmu." - (HR Tarmidzi)
Selain daripada itu, sifat taqwa perlu diusahakan dengan menanamkan iman di dalam diri. Untuk mendapatkan sifat taqwa, kelemahan diri perlu diperbaiki. Bagi mereka yang berusaha memperbaiki dirinya, hati mereka akan sentiasa tenang dan bahagia. Bukan kerana kaya atau berada, tetapi kerana puas kepada apa yang ada. Bersabda Rasulullah s.a.w:
"Kamu tidak akan merasai kemanisan iman sehingga kamu menyintai Allah dan Rasul lebih dari segalanya, Tidak menyintai seseorang melainkan kerana Allah. Dan benci kembali kepada kekufuran seperti benci dibaling ke neraka."

Di samping itu apabila orang yang memiliki iman, sembahyangnya akan kusyu', mereka menyempurnakan puasa dan menunaikan pembayaran zakat dengan segala adab dan tuntutannya, menunaikan Haji dengan memahami segala tujuan dan tuntutannya, menjauhkan diri dari maksiat dan dosa, menjauhi perbuatan zina dan perkara yang menghampirinya, tidak mengumpat, mengadu domba, menfitnah, tidak hasad sesama sendiri, tidak sombong, tidak ujub dan sum'ah (mencari nama dan pangkat), tidak pendendam dan lain-lain.

Bila dapat kemanisan iman. penderitaan menjadi kecil dan dunia tiada ruang di dalam hatinya. Hatinya akan asyik dengan Allah. Ini berlaku pada sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w . Bilal apabila dijemur di tengah panas serta diazab untuk dipaksa kembali kepada kekufuran, dengan tenang dia menjawab, "Ahad, Ahad." Azab sengsara, tidak terasa. Ini juga berlaku kepada seorang sahabat Nabi s.a.w yang dicuri untanya ketika sedang bersembahyang, dia tidak menghentikan sembahyangnya itu. Kerana terasa kemanisan sembahyang dan tidak sedar apa yang berlaku di sekelilingnya. Banyak lagi hal-hal yang sedemikian yang boleh kita baca di dalam sejarah kehidupan para sahabat Rasulullah s.a.w.
Kerana itu kita perlu melakukan Mujahadatun Nafs (melawan hawa nafsu) dan membersihkan diri kita daripada sifat-sifat mazmumah ( yang tercela ) seperti hasad dengki, dendam, buruk sangka, mementingkan diri, gila pangkat, gila puji, gila dunia, bakhil, sombong dan sebagainya.

Langkah pertama untuk mendapatkan iman ini, maka seseorang itu perlu mempunyai :
a) Ilmu yang Islam yang sempurna dan tepat agar segala tindakan dapat diselaraskan dengan syariat dan kehendak Allah melalui hukum-hukum yang telah ditetapkannya.
b) Yakin. Keyakinan adalah perlu dan penting. Oleh itu wajiblah kita belajar dan berusaha menyuburkan keyakinan kita. Jangan biarkan keyakinan dicelahi oleh keraguan walaupun sedikit. Keraguan mesti dilawan dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan akal semata-mata. Syaitan dan nafsu sentiasa menyuruh dan mempengaruhi akal untuk ragu-ragu dan mewas-waskan kita. Tanpa ilmu yang benar dan menyeluruh, kita akan terperangkap di dalam perangkap syaitan. Jikalau kita terperangkap di dalam jerat syaitan bagi soal-soal keyakinan, maka hapuslah segala pahala amal dan hapuslah iman. Jikalau terjadi demikian, maka matilah kita sebagai orang yang tidak beriman dan kekal di dalam neraka.
c) Beramal dengan ilmu yang telah difahami dan diyakini.
d) Bermujahadah. Iaitu melawan nafsu yang mendorong ke arah kejahatan dan menghalang diri dari melakukan maksiat lahir dan batin.
e) Istiqamah beramal. Iaitu melakukan amalan ketaatan dan ibadah serta menjauhi kemungkaran secara berterusan.
f) Mempunyai guru yang Mursyid yang dapat memimpin dan mendidik diri agar sentiasa taat kepada Allah.
g) Selalu berdoa kepada Allah. Kerana jikalau hanya usaha lahir sahaja dilakukan tanpa mengharapkan bantuan dari Allah, maka ia amat mustahil untuk membuang nafsu yang jahat di dalam jiwa manusia.
3. Kita disuruh bersabar adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Firman Allah :
" Dan Allah amat menyukai orang yang sabar." - (Ali Imran: 146)
" Sesungguhnya orang yang beriman itu dicukupkan ganjaran mereka tanpa
batas " - (az Zumat: 10)
" Hai orang yang beriman, bersabarlah kamu (melakukan taat dan menghadapi musibah), teguhkanlah kesabaran kamu, tetapkanlah kewaspadaan serta siap siaga dan bertawakkallah kepada Allah agar kamu beruntung (merebut syurga dan bebas dari neraka )." - (al Baqarah: 200)
Demikianlah kesabaran itu merupakan ubat yang pahit tetapi mujarab di dalam menahan diri daripada nafsu dan godaan dunia. Yakinlah, keberkatan daripada kesabaran itu membawa menfaat kepada kita, sekaligus menolak kemudaratan kepada kita. Sebagai ubat 'kepahitan' hanya sesaat, akan tetapi 'kemanisannya' akan berpanjangan. Wallahu A'lam.