My Blog


Monday, August 31, 2009

Studi: Uang Tak Bisa Beli Bahagia

BERLIMPAH: Uang berlimpah serta popularitas tak bisa menjamin kebahagiaan. Orang yang berhasil meraih tujuan intrinsik dalam diri, justru merasa lebih bahagia.

Memiliki uang banyak, penampilan menarik serta ketenaran sekilas tampak sebagai jalan menuju kebahagiaan. Ternyata kenyatannya tidak demikian, menurut sebuah studi.

Para peneliti dari University of Rochester di New York mengikuti 147 lulusan universitas sebagai responden, yang dievaluasi mengenari tujuan serta kebahagian mereka. Penelitian dilakukan satu tahun setelah kelulusan dan 12 bulan setelah itu.

"Hasil yang dicapai yang bersifat ekstrinsik atau "American Dream", tidak berkontribusi terhadap kebahagiaan sama sekali pada kelompok itu, namun sedikit berpengaruh terhadap kondisi kesehatan," ujar pemimpin penelitian sekaligus Profesor Psikologi, Edward Deci.

Memiliki uang banyak, penampilan menarik serta ketenaran sekilas tampak sebagai jalan menuju kebahagiaan. Ternyata kenyatannya tidak demikian, menurut sebuah studi.

Para peneliti dari University of Rochester di New York mengikuti 147 lulusan universitas sebagai responden, yang dievaluasi mengenari tujuan serta kebahagian mereka. Penelitian dilakukan satu tahun setelah kelulusan dan 12 bulan setelah itu.

"Hasil yang dicapai yang bersifat ekstrinsik atau "American Dream", tidak berkontribusi terhadap kebahagiaan sama sekali pada kelompok itu, namun sedikit berpengaruh terhadap kondisi kesehatan," ujar pemimpin penelitian sekaligus Profesor Psikologi, Edward Deci.

Bagi partisipan yang berhasil memperoleh harta kekayaan dan ketenaran, justru lebih sedikit merasa bahagia dibandingkan mereka yang mengalami kemajuan pada tujuan intrinsik dari dalam diri seperti perkembangan kemampuan pribadi.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Edward menuturkan, beberapa partisipan mengatakan proses untuk memperoleh harta, popularitas dan imej membuat mereka merasa bagaikan boneka dalam kehidupan.

"Para partisipan yang memfokuskan diri pada hasil intrinsik seperti perkembangan diri, menjaga hubungan dan membantu masyarakat secara sosial justru mengalami kepuasan hidup secara substansial, mapan dan bahagia," tutur Edward.

Hasil penelitian yang dilakukan itu, mendukung teori Edward mengenai perkembangan motivasi manusia yang dikembangkan bersama rekannya, Richard Ryan. Teori tersebut mengataan, manusia sangat tergantung terhadap pemenuhan kebutuhan dasar untuk otonomi, kompetensi dan hubungan.

Hasil tersebut, lanjut Edward, berhasil menguatkan penelitian sebelumnya yang mengungkap jika seseorang berkomitmen terhadap tujuannya kemungkinan besar akan sukses. Namun, penelitian terbaru kali ini menemukan, pencapaian terhadap tujuan tidak selalu membawa kebahagiaan dan kemakmuran.

Sebaliknya, para peneliti menemukan, pencapaian hasil yang bersifat materi seperti gaji tertentu dapat berdampak buruk pada kesehatan. Sementara, partisipan yang lebih menjunjung tujuan seperti hubungan yang intensif, perkembangan diri dan partisipasi masyarakat lebih banyak memiliki perasaan positif dan merasakan kebahagiaan.

Dibalik rasa puas yang dirasakan oleh partisipan yang lebih mengejar tujuan intrinsik, jelas Edward, karena mereka berhasil memenuhi tiga kebutuhan dasar terhadap otonomi, kompetensi dan berhubungan baik dengan orang lain.

"Tujuan hidup layaknya Impian Amerika, justru akan membuat seseorang merasakan kepuasaan yang lebih sedikit, tak berguna pada dunia serta memicu timbulnya penyakit," paparnya.

Hasil penelitian tersebut tidak mengejutkan bagi Profesor Psikologi di University of California, Sonja Lyubomirsky yang telah menulis buku berjudul "The How of Happiness".

"Kesimpulan penelitian itu mendukung dan memperluas hasil sebelumnya yang menunjukkan pengejaran dan tujuaan dari tujuan intrinsik dapat diasosiasikan dengan kemakmuran," tuturnya.

Bagi para mahasiswa yang baru lulus, Edward kemudian memberi saran, jika mereka ingin tetap mengejar impian materi ala Amerika maka sebaiknya imbangi dengan sesuatu yang lebih dalam dan penting bagi kebutuhan manusia. Seperti hubungan yang dilandasi kasih sayang, perkembangan pribadi dan kontribusi terhadap masyarakat. (healthday/rin)


Dikutip dari http://www.republika.co.id

Sunday, August 30, 2009

Introspeksi Diri

Setiap kita tentu pernah berbuat salah, melakukan dosa. Tapi, tak banyak di antara kita yang mau sibuk mengkalkulasi kesalahan-kesalahannya itu. Padahal, introspeksi diri, yakni mencoba menghitung jumlah kealpaan yang pernah kita perbuat baik kepada Tuhan maupun kepada sesama, tidak kalah pentingnya dengan menjumlah kebaikan dan jasa yang kita lakukan. Introspeksi diri (tafakkur) itu, menurut ulama besar Mesir almarhum Abbas Mahmud al-Akkad, dalam agama hukumnya wajib. Rasulullah SAW sendiri berulangkali menekankan pentingnya bertafakkur sejenak yang, kata beliau, nilainya bisa melebihi ibadah setahun.

Lalu, bagaimanakah cara bertafakkur itu menurut agama? Para ulama menyatakan, dengan salat tahajud setelah lewat tengah malam. Sebelum salat tahajud, hendaknya didahului dengan salat taobat (tobat) dua rakaat. Setelah itu, barulah dimulai bertafakkur, bermuhasabah. Untuk bertafakkur atau bermuhasabah ini, Rasulullah juga terbiasa menggedor-gedor rumah Ali r.a. dan mengajaknya melakukan amalan sunat itu. Sedang tolok ukur untuk bermuhasabah itu, Nabi SAW menjelaskan: Barangsiapa kualitas hidupnya hari ini lebih baik dari kemarin, dialah orang yang beruntung. Barangsiapa kualitas hidupnya hari ini sama dengan kemarin, maka dia termasuk orang yang rugi. Dan barangsiapa kualitas hidupnya hari ini lebih buruk dari kemarin, maka terkutuklah dia.

Tidak bisa dibantah, bahwa dosa-dosa yang kita perbuat (kalau kita jujur mengkalkulasinya) pasti tidak sedikit. Dari yang (kelihatannya) remeh seperti berkata jorok, ngomongin orang lain, prasangka, bohong, pandangan buruk sampai yang lebih berat seperti ihwal kehalalan rezeki kita, manipulasi, saling menjatuhkan, dan lain-lain.

Menjadi orang yang tidak pernah bersalah tentu mustahil. Yang penting, kita tidak berputus asa dan segera bertobat setiap kali melakukan kesalahan. Rasulullah yang dikenal maksum (bersih diri) saja, menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Said dari Abu Hurairah, saban hari lebih 100 kali meminta pengampunan dari Allah SWT. Beliau mengatakan: Orang yang bertobat dari dosa, ibarat orang yang tidak punya dosa sama sekali (HR Ibnu Majah).

Abu Nawas, penyair istana Khalifah Harun al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah pernah mengeluh bahwa dirinya tidaklah pantas masuk surga, tapi tidak kuat dimasukkan dalam neraka. Menjelang mayatnya dimandikan, di balik dadanya ditemukan bait-bait syair yang ia tulis sebelum wafat: Dosaku bak bilangan pasir, kesalahanku terus bertambah. Ilahi, bagaimana hamba memikulnya? -- ahi

Dikutip dari http://republika.co.id

Wednesday, August 26, 2009

Puasa Tumbuhkan Kecerdasan Emosional

By Republika Newsroom
Selasa, 25 Agustus 2009 pukul 09:10:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share
Puasa Tumbuhkan Kecerdasan EmosionalBLOGSPOT.COM

JAKARTA--Puasa diyakini dapat meningkatkan kecerdasan akal, emosi, ruhiyah, dan fisik. Puasa juga mengantarkan kita kepada kebaikan jika dilakukan dengan jiwa yang tenang dan penuh keikhlasan.Namun, seberapa besarkah kemampuan manusia untuk bisa mengendalikan emosinya? Menurut KH Abdullah Gymnastiar, Allah sudah mengetahui kemampuan umatnya untuk mengendalikan emosi.

''Allah lebih mengetahui apa yang kita butuhkan dari diri kita sendiri,'' ujarnya kepada Republika, Senin. AaGym, demikian panggilan akrab Abdullah Gymnastiar, mengatakan, untuk menghindari sikap emosi, seseorang harus siap menghadapi hal yang cocok ataupun yang tidak cocok. Hal itu karena emosi yang muncul pada diri manusia dilatarbelakangi oleh sikap tidak dapat menerima keadaan atas realitas yang ada.

Pimpinan Pondok Pesantren Daarud Tauhid, Bandung, Jabar, tersebut menjelaskan, ada lima hal yang harus diperhatikan agar dapat menerima realitas yang dihadapi. Di antaranya, pertama, mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi keadaan yang sesuai dengan kita atau mungkin yang bertolak belakang dengan keinginan kita. Kedua, bersikap rida terhadap segala hal yang terjadi. ''Jika kita sedang sakit atau dalam keadaan susah, kita pun harus rida,'' ujarnya.Aa Gym memberikan gambaran, terkadang manusia sering mempersulit diri dengan menganggap hal-hal yang enteng dikerjakan menjadi suatu hal yang sulit dilakukan. Hal itu dapat membangkitkan emosi dalam diri kita. Evaluasi diri, menurut dia, dapat membantu kita menyadari dan menciptakan keseimbangan emosi.

Selain itu, semua yang kita lakukan harus disertai harapan kepada Allah bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang dapat kita mintai pertolongan karena hanya kepada-Nya kita menggantungkan diri.Mantan menteri agama dan ketua dewan pembina Yadmi, Dr Tarmizi Taher, mengatakan, puasa tidak dapat dimaknai sebatas menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai bentuk empati bagi orang yang menderita atau mereka yang diliputi rasa haus dan lapar.

''Orang yang berpuasa akan merasakan sambung rasa dengan sesamanya sehingga dia akan memikirkan orang yang merasakan lapar dan haus seperti dirinya,'' ujar Tarmizi. Hal itu bisa terjadi karena yang menyentuh orang yang sedang berpuasa adalah emosinya. Karena itu, manusia harus mempunyai tali sambung rasa dengan sesama dan ini akan berpengaruh bagi emosi manusia.Puasa diharapkan dapat memberikan pengaruh positif untuk menahan emosi yang meledak-ledak menjadi lebih santun. Tarmizi mengatakan, puasa itu bisa digunakan sebagai latihan untuk menahan diri. Ini dapat ditanamkan sejak dini kepada anak karena manfaatnya besar.

Orang yang tidak mempunyai nilai sambung rasa, lanjut dia, masuk ke dalam golongan orang yang mendustakan agama. Nilai sambung rasa ini merupakan sarana untuk mendidik kematangan emosi seseorang. ''Puasa dapat menumbuhkan empati dan kemanusiaan serta menumbuhkan sikap sambung rasa.''Puasa secara artifisial, dapat menumbuhkan rasa empati atau kepedulian kita terhadap sesama. Kepedulian tersebut tidak bisa diberikan secara teori, tetapi harus dipraktikkan dan melalui proses latihan perlahan-lahan sejak kecil.

Puasa bermanfaat karena dapat digunakan sebagai kontrol emosi, mempertebal kesadaran, dan menciptakan keseimbangan emosi. Orang yang hanya mementingkan rasio, kata Tarmizi, emosinya tidak seimbang. Idealnya, untuk mengendalikan emosi dapat dimulai sejak seorang anak mulai menciptakan nilai diri dan mengenali lingkungannya, yaitu pada usia tujuh tahun. Hal itu bisa ditempuh dengan berpuasa.Puasa merupakan jihad akbar, tidak hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga dari nafsu dan emosi yang meledak-ledak. Emosi yang negatif harus bisa dikendalikan supaya dapat menjadi emosi positif. c85/taq

Dikutip dari :http://republika.co.id

Thursday, August 20, 2009

Delapan Hikmah dan Keutamaan Puasa


PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh Newsroom
Minggu, 16 September 2007

Sudah berapa belas atau puluh tahun kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan? Dari tahun ke tahun bertemu Ramadhan, adakah perubahan yang terjadi pada diri kita? Seperti lebih peka terhadap realitas sosial di sekitar kita, lebih bisa menahan diri, tidak reaksioner, atau mungkin “tercerahkan” dalam beribadah dan berperilaku.

Nah, bagaimana dengan puasa Ramadhan kali ini? Perayaan puasa kita masihkah sebatas karnaval setahun sekali soal pola makan yang dibalik? Sejak pagi hingga maghrib menahan lapar dan dahaga. Sementara saat malam hari tiba berubah menjadi perayaan balas dendam untuk makan sepuasnya. Inilah akibat dari pikiran yang ingin menggantikan ketika berpuasa sepanjang hari.

Dalam bukunya Misteri Bulan Ramadhan, menurut Yusuf Burhandi mengatakan, “Puasa tidak berhenti sebatas menahan diri dari makanan, minuman, dan bersetubuh di siang hari. Puasa juga memberi isyarat pentingnya melanjutkan kesucian hari dengan turut merasakan penderitaan orang lain dalam kehidupan sosial. Kesucian hati seseorang menjadi tidak berguna sama sekali jika ia tidak memiliki kepedulian sama sekali pada orang lain yang hidup di sekitarnya.“

Mengenai bau mulut orang berpuasa, Yusuf Burhandi menuliskan pada halaman 71, bahwa bau mulut juga menjadi simbol bahwa hakikatnya mulut itu bau. Hendaknya setiap orang harus berhati-hati dalam mengendalikan mulutnya. Puasa hendak mendidik seseorang, bahwa tidak semuanya bisa diomongkan dan harus terus berbicara. Ada kalanya harus diam, merenung, dan mengevaluasi diri.

Tentang hikmah dan keutamaan puasa di bulan Ramadhan, Yusuf Burhandi menyebutkan antara lain :

Pertama, usaha seorang mukmin untuk mendekatkan diri pada pengawasan Allah SWT.
Kedua, mengajarkan pengorbanan luhur
Ketiga, untuk melembutkan hati dan emosi
Keempat, guna menumbuhkan empati sosial
Kelima, puasa dapat mengokohkan kekuatan akal daripada nafsu.
Keenam, mengakui kelemahan diri yang tidak bisa hidup tanpa makan dan minum sehingga seseorang
tidak bersikap angkuh dan sombong terhadap orang lain.
Ketujuh, puasa bisa menjernihkan hari dan pikiran.
Delapan, menjaga kesehatan dan stamina tubuh.

Demikian sekilas nukilan dari buku Misteri Bulan Ramadhan diterbitkan oleh QultumMedia. Selebihnya buku ini memaparkan: meraih kekuatan puasa, khasiat dari shalat Tarawih, tip meraih Lailatulqadar, fungsi dan hikmah zakat, serta menjadi manusia fitri (the holyman).

Di bulan Ramadhan ini, kembali semesta bertasbih dan mengumandangkan puji-pujian pada Sang Pencipta. Selamat menuaikan ibadah puasa. Selamat meraih malam seribu bulan.


Dikutip dari http://qultummedia.com

Wednesday, August 19, 2009

Marhaban Yaa Ramadhan

Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.

Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.

Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.

Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.

Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.

Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.

Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.

Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.

Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita.

Muhammad Niam

Dikutip dari http://www.pesantrenvirtual.com

Monday, August 17, 2009

Matematika Sedekah

Dari milis reiki-hijau :

ARTIKEL USTADZ YUSUF MANSUR
• Pengantar
• Matematika Dasar Sedekah
• Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak
• 2.5 % Tidaklah Cukup
• Coba Jajal Sedekah 10%
• 2.5 Itu Cukup, Kalau ..

PENGANTAR
Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup
kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan
sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh,
inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para
pelakunya.
Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang
kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan
kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-
kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap
manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang
sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu
Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya,
menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-
Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada
siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain.
kepada yang mau peduli dan berbagi.
Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang
sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi
barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta
kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.
Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan
segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang
melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya,
saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga,
kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa
diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan
hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan
sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.
Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong
diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan
fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai
kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis,
adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi,
kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah
pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan

Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus
membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai
kepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang
mengikhlaskan diri kepada Allah.

Matematika Dasar Sedekah
Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?
10 – 1 = 19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan?
Kenapa matematikanya begitu?
Matematika pengurangan darimana?
Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?
Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari
apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak
lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil
dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi
mereka yang mau berbuat baik.
Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang
sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang
satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.
Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah,
tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah
juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar
sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.
Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah
itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-
husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti
membalas dengan balasan yang pas buat kita.

Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak
Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita
bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat
(walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x
lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan
matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita
bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan
gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.
Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:
Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:
10 – 1 = 19
Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
10 – 2= 28
10 – 3= 37
10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100
Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin
banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak
penggantian dari Allah.
Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah,
meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah
tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.

Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang
kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan
kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-
kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap
manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang
sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu
Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya,
menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-
Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada
siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain.
kepada yang mau peduli dan berbagi.
Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang
sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi
barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta
kita memperhatikan jika ingin diperhatikan
nsya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan
segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang
melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya,
saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga,
kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa
diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan
hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan
sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya
Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong
diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan
fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai
kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis,
adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi,
kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah
pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. Kepada
Allah juga semuanya berpulang

Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus
membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai
kepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang
mengikhlaskan diri kepada Allah.

2.5 % Tidaklah Cukup

Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke
sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa
diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian
sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh
yang signifikan.
Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji
1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia
bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat
perhitungannya sebagai berikut:
Sedekah: Sebesar 2,5%
2,5% dari 1.000.000 = 25.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 25.000 = 975.000
Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan
mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh
kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan
rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
975.000 + 250.000 = 1.225.000
Lihat, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, “hanya”
jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar
Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia
sedekahnya “hanya” 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari
sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya

Coba Jajal Sedekah 10 %
Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika
diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan
pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb,
yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.
Sehingga “skor” akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp.
1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.
Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.
Sedekah: Sebesar 10%
10% dari 1.000.000 = 100.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 100.000 = 900.000
Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan
kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah
hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia
keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar
1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa
yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
900.000 + 1.000.000 = 1.900.000
Dengan perhitungan ini, dia “berhasil” mengubah penghasilannya,
menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh
100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan

2.5 ITU CUKUP, KALAU ..
Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya
kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab
selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas
pelan-pelan sisi ini, sampe kepada pemahaman yang mengagumkan
tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan
buruk.
Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup.
Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita,
haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-
kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya
kebutuhan, akan tercukupi.
Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa
ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt,
maka “pertambahannya” menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp.
975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah
dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya.
Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya
pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh
Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah
jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.
Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa
katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi
kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih
hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain
sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan
selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya;
qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan
dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan
sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan
sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan
segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang
kita lakukan.
Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal,
dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor
akhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu,
malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri.
Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.
Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita

Kalikan Dari Target Supaya Beroleh Lebih
Saudaraku, ini menyambung tiga tulisan terdahulu. Kasusnya, tetap
sama: Seorang karyawan dengan gaji 1jt, yang punya pengeluaran 2jt.
Bila karyawan tersebut mau hidup tidak pas-pasan, dan mau dicukupkan
Allah, dia harus menjaga dirinya dari keburukan, dan terus memacu
dirinya dengan berbuat kebaikan dan kebaikan. Kemudian, lakukan
sedekah 10% bukan dari gajinya, melainkan dari pengeluarannya.
Kita lihat ya…
Sedekah 10% dari 2jt (bukan dari gajinya yang 1jt), maka akan
didapat angka sedekah sebesar Rp. 200rb. Gaji pokok sebesar 1jt,
dikurang 200rb, menjadi tinggal 800rb. Lihat, angka tercatatnya
tambah mengecil, menjadi tinggal 800.000.
Tapi di sinilah misteri sedekah yang ajaib. Yang 200rb yang
disedekahkan, akan dikembalikan sepuluh kali lipat oleh Allah, atau
menjadi 2jt. sehingga skor akhirnya bukan 800rb, melainkan 2,8jt.

Dengan perhitungan di atas, kebutuhannya yang 2jt, malah terlampaui.
Dia lebih 800rb. Subhanallah. Apalagi kalau kemudian dia betul-betul
mau memelihara diri dari maksiat dan dosa, dan mempertahankan
perbuatan baik, maka lompatan besar akan terjadi dalam hidupnya.
Sebuah perubahan besar, sungguh-sungguh akan terjadi. Baik kemuliaan
hidup, kejayaan, kekayaan, hingga keberkahan dan ketenangan hidup.
Sekali lagi, subhanallah.

dikutip dari http://alamster.wordpress.com

Wednesday, August 12, 2009

Alam Bawah Sadar

Pernah dengar perkataan alam bawah sadar tidak, maksud saya bukan sesuatu yang bersifat gaib atau magic tapi alam bawah sadar di dalam fikirian manusia. mungkin saya dan anda bukan orang pertama yang mempertanyakannya. menurut diskusi dengan beberapa sahabat ternyata fikiran manusia itu dapat di katakan sebuah perpustakaan yang cangih, atau mungkin lebih tepatnya mesin search engine yang paling muhtahir, yang memiliki sistem oprating sistem sendiri mungkin lebih canggih dari Windows Fiesta keluaran dari microsoft. nah di suatu perpustakaan atau mesin pencari kita hanya bisa mengakses data atau keyword yang kita cari, sisa data yang tidak terpancing keluar adalah terbentuk database yang luar biasa dahsyatnya.

ibarat sebuah mesin pencari alam sadar adalah alam yang sedang kita gunakan keyword/kata kuncinya atau jika tampilan yang muncul ketika kita menggunakan sebuah mesin pencarian, sisanya tidak terlihat atau atau tidak terdekteksi lagi, jadi alam sadar adalah alam yang ada saat suatu waktu kita perlukan. itulah sebuah ilustrasi yang menurut saya menggambarkan tentang alam sadar dan alam bawah sadar.

Lalu maksudnya apa kalau kita telah tahu tentang pengertian alam bawah sadar dan alam sadar, nah sebenarnya alam bawah sadar ini memiliki kemampuan yang luar biasa, pada kondisi-kondisi tertentu alam bawah sadar dapat bekerja, dan kabarnya otak bawah sadar mempunyai kemampuan 7 kali lebih besar dibanding otak sadar. Alam bawah sadar mengatur semua aktivitas hidup kita, bahkan saat kita sedang tidur, antara lain bernafas dan mengatur denyut jantung.

Bagi anda yang sedang berlatih berenang atau berlatih mengendari mobil, atau berlatih mengetik tanpa melihat, sadarkah anda bahwa jika anda telah bisa melakukan hal-hal seperti yang saya sebut diatas, maka yang terjadi adalah mekanisme pengerakan
diri oleh alam bawah sadar kita,

pembentukan alam bawah sadar keahlian dapat dilalui melalu proses sebagai berikut:

- Proses tidak sadar/ tidak tahu
ketika pertama belajar kita sombong dan merasa paling bisa, terkadang kita tak paham tentang apapun, ingat untuk mengetahui kita perlu yang namanya belajar, hal ini sebagi keyword/kata kunci dalam menjalanka alam bawah sadar kita. ingat saat pertama belajar mengetik dengan dua tangan tanpa melihat apa yang terjadi kita sering menganggap mudah, padahal ketika kita mencoba kita sering salah.

- Proses penyadaran
ketika kita tahu kita tidak bisa mengetik dengan dua tangan tanpa melihat maka kita akan melakukan pembelajaran secara pelan-pelan mulai dari melihat letak huruf, menghapal, dalam hal ini adanya prosese penyadaran dari sesuatu yang tidak sadar

-Tahap Pemahiran
Ketika kita sudah bisa mengetik dengan 2 tangan, sudah hapal letak huruf lalu kita akan berlatih agar kita bisa mencapai suatu kemahiran tahap ini merupakan sebuah kesadaran ternyata kita telah mahir untuk mengetik dengan dua tangan tanpa melihat

-Tahap membangun alam bawah sadar
Tahapan terakhir dari proses ini adalah tahap merubah alam bawah sadar ke alam tidak sadar, loh kok, ketika kita telah mahir mengetik dengan dua tangan tanpa melihat tanpa sadar alam bawah sadar kita telah merekam atas kesadaran kemampuan yang kita telah miliki, ketika kita telah berlatih berulang-ulang secara otomatis semua berjalan dengan begitu saja, alam bawah sadar kita telah mengambil peranan dalam penjalanan keahlian yang kita miliki rutinitas ini membentuk suatu Kebiasaan yang dicatat dalam alam bawah sadar, yang selanjutnya dipergunakan mengikuti kode pencatatan, mengikuti program yang telah tersusun, tanpa harus menguras terlalu banyak energy dari kesadaran kita.

seperti contoh kasus mahir mengetik dengan dua tangan tanpa melihat akan membuat kita menghemat eergi, dengan tidak sebentar-sebentar melihat tombol keyboard, atau menekan backspace untuk menghapusnya yang terjadi ketika kita membaca sebuah tulisan/menterjemahkan ide semua akan mengalir begitu saja.

seperti yang saya bilang bahwa alam bawah sadar adalah sebuah data base raksaksa yang memiliki sistem operasi yang paling canggih, seperti sebuah sistem komputer yang rentan terhadap serangan virus, alam bawah sadar pun rentan terhdap serangan virus, virus apa yang bisa merusak alam bawah sadar kita, yaitu, virus ketakutan, panic, emosi yang berlebih, trauma dan fikiran negatif lainya, kalau ada virus lalu adakah anti virusnya. jawabnya ada antivirus yang paling hebat untuk menelamatkan alam bawah sadar kita adalah sikap positif dan Rasa percaya kepada diri sendiri.

bagaimana membangun antivirus rasa percaya diri adalah dengan meyakinkan diri sendiri coba ucapkan dengan bahasa yang positif,misalnya,”saya bisa, Saya berani” jangan ucapkan hal-hal yang menjadi virus alam bawah sadar anda "saya bisa tapi...", "dia lebih baik dari saya", "apakah benar saya bisa". Kalimat kalimat terakhir yang saya contohkan akan merusak alam bawah sadar anda.

Supaya pemprograman bawah sadar dapat lebih cepat terjadi, seperti yang saya tuliskan pada kalimat diatas bangun lah rasa percaya diri, perasaan nyaman dengan diri sendiri, peraasaan bahagia, dan bayangkan apa yang anda ingin raih/lakukan maka kalau hal tersebut dilakukan secara konsisten maka alam bawah sadar anda akan menuntun anda menuju sebuah kesuksesan diperlukan emosi atau perasaan yang positif atau perasaan yang menyenangkan. Ketika kita inginkan,ciptakan sebuah rasa bahagia, buatlah sebuah keinginan yang besar stentang sesuatu yang kita inginkan untuk tercapai. jadi untuk membangkitkan alam bawah sadar anda adalah dengan membayangkan, merasakan apa yang kita inginkan, rasakan dengan sejelas-jelasnya anda telah berhasil mewujudkan keinginan anda. dan pasrah serta berdoa kepada tuhan YME, maka akan ada jalan yang melintas dalam fikiran tentang bagai mana wewujudkanya, sebuah solusi yang lahir setelah proses membayangkan, merasakan apa yang kita inginkan, adalah sebuah jawaban dari alam bawah sadar anda, yang kemungkinan besar akan menuntun anda pada sebuah kesuksesan yang anda inginkan.

Salam
Erwin Arianto

Dikutip dari http://erwin-arianto.blogspot.com

Wednesday, August 5, 2009

Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan Spiritual (SQ)
sebuah pengantar
Ratna Eliyawati

Untag-Net

Latar Belakang

Pada suatu hari seorang guru fisika disebuah sekolah menengah menerangkan kepada para siswanya bahwa hidup manusia tidak lain adalah proses pembakaran. Mendengar keterangan sang guru itu, seorang siswa secara spontan melontarkan suatu pertanyaan tajam yang bernada menggugat,"kalau begitu, lalu apa artinya hidup manusia didunia ini?" (Frankl, dalam Koeswara, 1992).

Pembicaraan mengenai SQ atau kecerdasan spiritual tidak lepas dari konsep filosofis yang menjadi latar belakangnya. Konsep mengenai SQ itu sendiri sebenarnya sudah lama diperbincangkan, hanya saja dengan kemasan yang berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal tiga aliran besar yang menjadi inspirasi bagi banyak aliran yang berkembang pada saat kemudian. Aliran tersebut adalah behaviorisme, psikoanalisis dan humanistis. Kecerdasan spiritual banyak mengembangkan konsep-konsepnya dari aliran humanistis. Aliran humanistis ini kemudian mengembangkan sayapnya secara spesifik membentuk psikologi transpersonal, dengan landasan "pengalaman keagamaan" sebagai peak experience, plateau dan fartherst of human nature. Menurut Maslow (Rakhmat dalam Zohar dan Marshall, 2000) psikologi belum sempurna sebelum difokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal.

Penelusuran pemahaman kecerdasan spiritual (SQ) saat sekarang nampaknya cukup relevan, mengingat banyaknya persoalan-persoalan sosial yang semakin membebani hidup seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Frankl (Koeswara, 1992) bahwa sebagian besar masyarakat sekarang mengidap neurosis kolektif. Ciri dari gejala tersebut adalah:

Sikap masa bodoh terhadap hidup, yaitu suatu sikap yang menunjukkan pesimisme dalam menghadapi masa depan hidupnya.

Sikap fatalistik terhadap hidup, menganggap bahwa masa depan sebagai sesuatu yang mustahil dan membuat rencana bagi masa depan adalah kesia-siaan.

Pemikiran konformis dan kolektivis. Yaitu cenderung melebur dalam masa dan melakukan aktivitas atas nama kelompok.

Fanatisme, yaitu mengingkari kelebihan yang dimiliki oleh kelompok atau orang lain.

Dengan ciri-ciri tersebut manusia berjalan menuju penyalahartian dan penyalahtafsiran tentang dirinya sendiri sebagai sesuatu yang "tidak lain" (nothing but) dari refleks-refleks atau kumpulan dorongan (biologisme), dari mekanisme-mekanisme psikis (psikologisme) dan produk lingkungan ekonomis (sosiologisme). Dengan ketiga konteks tersebut maka manusia "tidak lain" dalah mesin. Kondisi tersebut merupakan penderitaan spiritual bagi manusia.


Mengenalkan SQ
Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

SQ adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. Utamanya persoalan yang menyangkut masalah eksistensial, yaitu saat seseorang secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. Dengan dimilikinya SQ seseorang mampu mengatasi masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi sesuatu rasa yang "dalam" pada diri seseorang menyangkut perjuangan hidup.


Perbedaan Otak IQ, EQ dan SQ
Penelusuran kecerdasan spiritual tampaknya merupakan jawaban akan keterbatasan kemampuan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) dalam menyelesaikan kasus-kasus yang didasarkan atas krisis makna hidup. Otak IQ dasar kerjanya adalah berfikir seri, linear, logis dan tidak melibatkan perasaan. Keunggulan dari berfikir seri ini adalah akurat, tepat dan dapat dipercaya. Kelemahannya adalah ia hanya bekerja dalam batas-batas yang ditentukan, dan menjadi tidak berguna jika seseorang ingin menggali wawasan baru atau berurusan dengan hal-hal yang terduga.
Otak EQ cara kerjanya berfikir asosiatif. Jenis pemikiran ini membantu seseorang menciptakan asosiasi antarhal, misalnya antara lapar dan nasi, antara rumah dan kenyamanan, antara ibu dan cinta, dll. Pada intinya pemikiran inimencoba membuat asosiasi antara satu emosi dan yang lain, emosi dan gejala tubuh, emosi dan lingkungan sekitar. Kelebihan cara berfikir asosiatif adalah bahwa ia dapat berinteraksi dengan pengalaman dan dapat terus berkembang melalui pengalaman atau eksperimen. Ia dapat mempelajari cara-cara baru melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya, merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa ambiguitas. Kelemahan dari otak EQ adalah variasinya sangat individual dan tidak ada dua orang yang memiliki kehidupan emosional yang sama. Hal ini tampak dari pernyataan "saya dapat mengenali emosi anda, saya dapat berempati terhadapnya, tetapi saya tidak dapat memiliki emosi anda".
Otak SQ cara kerjanya berfikir unitif. Yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan untuk menangkap suatu situasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru.
Kemampuan inimerupakan ciri utama kesadaran, yaitu kemampuan untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi.



Tanda dari SQ yang berkembang dengan baik

Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)

Tingkat kesadaran diri yang tinggi

Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit

Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (holistik)

Kecenderungan nyata untuk bertanya "mengapa?" atau "bagaimana jika" untuk mencari jawaban-jawaban mendasar

Mandiri

SQ yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki "makna" dalam hidupnya. Dengan "makna" hidup ini seseorang akan memiliki kualitas "menjadi", yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia. Ungkapan syair yang dikemukakan oleh Gothe ini mampu mewakili karakteristik seseorang yang memiliki SQ (Fromm, 1987):


Harta Milik

Kutahu tak ada yang milikku
Namun pikiran yang lepas bebas
Dari jiwaku akan membanjir
Dan setiap saat nan menyenangkan
Yang oleh takdir yang cinta kasih
Dari kedalaman diberikan buat kenikmatanku

Dikutip dari : http://www.untag-sby.ac.id

Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan Spiritual (SQ)
sebuah pengantar
Ratna Eliyawati

Untag-Net

Latar Belakang

Pada suatu hari seorang guru fisika disebuah sekolah menengah menerangkan kepada para siswanya bahwa hidup manusia tidak lain adalah proses pembakaran. Mendengar keterangan sang guru itu, seorang siswa secara spontan melontarkan suatu pertanyaan tajam yang bernada menggugat,"kalau begitu, lalu apa artinya hidup manusia didunia ini?" (Frankl, dalam Koeswara, 1992).

Pembicaraan mengenai SQ atau kecerdasan spiritual tidak lepas dari konsep filosofis yang menjadi latar belakangnya. Konsep mengenai SQ itu sendiri sebenarnya sudah lama diperbincangkan, hanya saja dengan kemasan yang berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal tiga aliran besar yang menjadi inspirasi bagi banyak aliran yang berkembang pada saat kemudian. Aliran tersebut adalah behaviorisme, psikoanalisis dan humanistis. Kecerdasan spiritual banyak mengembangkan konsep-konsepnya dari aliran humanistis. Aliran humanistis ini kemudian mengembangkan sayapnya secara spesifik membentuk psikologi transpersonal, dengan landasan "pengalaman keagamaan" sebagai peak experience, plateau dan fartherst of human nature. Menurut Maslow (Rakhmat dalam Zohar dan Marshall, 2000) psikologi belum sempurna sebelum difokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal.

Penelusuran pemahaman kecerdasan spiritual (SQ) saat sekarang nampaknya cukup relevan, mengingat banyaknya persoalan-persoalan sosial yang semakin membebani hidup seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Frankl (Koeswara, 1992) bahwa sebagian besar masyarakat sekarang mengidap neurosis kolektif. Ciri dari gejala tersebut adalah:

Sikap masa bodoh terhadap hidup, yaitu suatu sikap yang menunjukkan pesimisme dalam menghadapi masa depan hidupnya.

Sikap fatalistik terhadap hidup, menganggap bahwa masa depan sebagai sesuatu yang mustahil dan membuat rencana bagi masa depan adalah kesia-siaan.

Pemikiran konformis dan kolektivis. Yaitu cenderung melebur dalam masa dan melakukan aktivitas atas nama kelompok.

Fanatisme, yaitu mengingkari kelebihan yang dimiliki oleh kelompok atau orang lain.

Dengan ciri-ciri tersebut manusia berjalan menuju penyalahartian dan penyalahtafsiran tentang dirinya sendiri sebagai sesuatu yang "tidak lain" (nothing but) dari refleks-refleks atau kumpulan dorongan (biologisme), dari mekanisme-mekanisme psikis (psikologisme) dan produk lingkungan ekonomis (sosiologisme). Dengan ketiga konteks tersebut maka manusia "tidak lain" dalah mesin. Kondisi tersebut merupakan penderitaan spiritual bagi manusia.


Mengenalkan SQ
Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

SQ adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. Utamanya persoalan yang menyangkut masalah eksistensial, yaitu saat seseorang secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. Dengan dimilikinya SQ seseorang mampu mengatasi masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi sesuatu rasa yang "dalam" pada diri seseorang menyangkut perjuangan hidup.


Perbedaan Otak IQ, EQ dan SQ
Penelusuran kecerdasan spiritual tampaknya merupakan jawaban akan keterbatasan kemampuan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) dalam menyelesaikan kasus-kasus yang didasarkan atas krisis makna hidup. Otak IQ dasar kerjanya adalah berfikir seri, linear, logis dan tidak melibatkan perasaan. Keunggulan dari berfikir seri ini adalah akurat, tepat dan dapat dipercaya. Kelemahannya adalah ia hanya bekerja dalam batas-batas yang ditentukan, dan menjadi tidak berguna jika seseorang ingin menggali wawasan baru atau berurusan dengan hal-hal yang terduga.
Otak EQ cara kerjanya berfikir asosiatif. Jenis pemikiran ini membantu seseorang menciptakan asosiasi antarhal, misalnya antara lapar dan nasi, antara rumah dan kenyamanan, antara ibu dan cinta, dll. Pada intinya pemikiran inimencoba membuat asosiasi antara satu emosi dan yang lain, emosi dan gejala tubuh, emosi dan lingkungan sekitar. Kelebihan cara berfikir asosiatif adalah bahwa ia dapat berinteraksi dengan pengalaman dan dapat terus berkembang melalui pengalaman atau eksperimen. Ia dapat mempelajari cara-cara baru melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya, merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa ambiguitas. Kelemahan dari otak EQ adalah variasinya sangat individual dan tidak ada dua orang yang memiliki kehidupan emosional yang sama. Hal ini tampak dari pernyataan "saya dapat mengenali emosi anda, saya dapat berempati terhadapnya, tetapi saya tidak dapat memiliki emosi anda".
Otak SQ cara kerjanya berfikir unitif. Yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan untuk menangkap suatu situasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru.
Kemampuan inimerupakan ciri utama kesadaran, yaitu kemampuan untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi.



Tanda dari SQ yang berkembang dengan baik

Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)

Tingkat kesadaran diri yang tinggi

Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit

Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (holistik)

Kecenderungan nyata untuk bertanya "mengapa?" atau "bagaimana jika" untuk mencari jawaban-jawaban mendasar

Mandiri

SQ yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki "makna" dalam hidupnya. Dengan "makna" hidup ini seseorang akan memiliki kualitas "menjadi", yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia. Ungkapan syair yang dikemukakan oleh Gothe ini mampu mewakili karakteristik seseorang yang memiliki SQ (Fromm, 1987):


Harta Milik

Kutahu tak ada yang milikku
Namun pikiran yang lepas bebas
Dari jiwaku akan membanjir
Dan setiap saat nan menyenangkan
Yang oleh takdir yang cinta kasih
Dari kedalaman diberikan buat kenikmatanku