My Blog


Thursday, April 29, 2010

Lisanpun Bisa Berbisa

“Bicaralah yang baik dan benar, atau lebih baik diam,” begitu pesan Rasulullah untuk menjaga lidah

Hidayatullah.com—Pepatah terkenal mengatakan, “Mulutmu adalah harimaumu.” Gara-gara perkataan keluar tanpa difikirkan, justru mengakibatkan kerugian. Kasus ini bisa kita contoh pada kerusuhan di Batam baru-baru ini. Kerusuhan yang melibatkan ribuan buruh PT Drydocks World Graha beberapa waktu lalu, ditengari akibat ucapan bernada rasis oleh seorang pekerja asing asal India.

Ketajaman lidah melebihi mata pedang. Banyak orang celaka karena tidak dapat menjaga lidahnya. Namun tak sedikit pula orang yang mulia, dihormati, disegani dan dipercaya karena lidahnya. Golongan ini karena mampu mencegah dan mengatasi bahaya yang ditimbulkan oleh lisannya.

Sudah telah banyak dicontohkan di hadapan kita semua. Betapa banyak bencana atau musibah yang ditimbulkan akibat lisan seseorang. Seseorang bisa melakukan pembunuhan hanya karena sebuah kata-kata yang dinilai menghina.

Suatu ketika Umar bin Khatab mengunjungi Abu Bakr. Ketika itu, Umar mendapatinya sedang menarik-narik lidah dengan tangannya. Mendapati peristiwa tersebut, seraya Umar bertanya, “Apa yang sedang anda lakukan? Semoga Allah mengampunimu!” Abu Bakr menjawab, “Inilah benda yang akan menjerumuskanku ke neraka.”

Dalam banyak sabdanya, Rosulullah senantiasa berpesan ke pada ummatnya supaya senantiasa menjaga lisan, agar tidak mudah “memuntahkan” kata-kata yang bisa menyelakakan diri sendiri, lebih-lebih orang lain.

Selain kemaluan, lidah merupakan salah satu biang yang sangat berpotensial menggiring kita ke pada kebinasaan, "Barang siapa yang dapat menjamin untukku apa yang ada di antara dua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) maka aku menjamin untuknya surga." (HR. Bukhari).
Lisanpun Bisa Berbisa

Wednesday, April 28, 2010

Fajar News : Gali Potensi Diri, Hentikan Mimpi Jadi PNS

Dari Diskusi dan Peluncuran Buku "Sukses di Usia Muda" (2-Selesai)
Gali Potensi Diri, Hentikan Mimpi Jadi PNS

ANTUSIAS. Para pserta diskusi dan peluncuran buku "Sukses di Usia Muda" yang memadati studio Mini Redaksi Fajar, Selasa 27 April lalu. (FOTO YUSRAN/FAJAR)
PEGAWAI Negeri Sipil (PNS) menjadi impian banyak orang dengan alasan bisa terima gaji sampai mati. Namun gaji seorang PNS sangat terbatas, tidak bisa mencapai penghasilan sebagaimana layaknya seorang pengusaha.

ADA ajakan menarik dari Amirullah Abbas, salah seorang pembicara dalam Diskusi dan Peluncuran Buku "Sukses di Usia Muda" di Studio Mini Redaksi Fajar, Selasa, 27 April. Menurutnya, seorang mahasiswa seharusnya tidak lagi melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di daerah terpencil, melainkan di perusahaan-perusahaan.

Pertimbangannya, KKN di perusahaan akan sangat banyak yang bisa dipetik, termasuk pola kepemimpinan di perusahaan bersangkutan.

"Untuk mahasiswa, saya selalu camkan, jangan pernah selalu berpikir menjadi pegawai negeri, tapi jadilah wirausaha. Kenapa? Karena wirausaha kita bisa meraih penghasilan setinggi-tingginya," ujar ketua Kadin Kota Makassar ini.

Fajar News : Gali Potensi Diri, Hentikan Mimpi Jadi PNS

Sunday, April 18, 2010

Ketundukan Alam Kepada Kita Tidak Gratis

Ketundukan (sam’an wa tha’atan) lahir, berbanding lurus dengan keadilan dan kasih sayang pemimpin

Oleh: Shalih Hasyim*

SESUNGGUHNYA kehadiran manusia di muka bumi ini di samping sebagai abdullah, pula sebagai khalifatullah (mandataris Allah SWT). Tugas pertama menegakkan nilai-nilai agama (iqamatud din). Tugas ini jika berjalan dengan baik, berefek pada kehidupan yang berkualitas secara lahir dan batin, dalam skala kehidupan individu (hayatan thayyibah), keluarga (sakinah, mawaddah wa rahmah), masyarakat (qaryah mubarakah), negara (baladan amina), dan kumpulan beberapa negara (global state) (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).

Islam hadir menjaga enam kebutuhan primer manusia. Yaitu menjaga jiwa, akal, harta, agama, keturunan, dan kehormatan diri dari kontaminasi penyimpangan. Islam bersahut-sahutan dengan fitrah manusia. Fitrah manusia senang dengan sesuatu yang dikenali hati (ma’ruf), kejujuran, kesantunan, kesejukan, dan lain-lain. Dan mengingkari sesuatu yang diingkari hati (mungkar), kebohongan, kepalsuan, kekerasan, dan lain-lain.

Tugas yang kedua adalah sebagai wakil Allah SWT (khalifah), untuk mengelola dan memakmurkan alam semesta dan isinya (siyastud dunya) agar berjalan secara harmonis. Bersahabat, bahkan tunduk kepada manusia.

Jika kita merujuk Al-Quran dan Al-Hadits, ada beberapa istilah kepemimpinan, yang menunjukkan fungsi yang diembannya sekaligus.

Ketundukan Alam Kepada Kita Tidak Gratis

Tuesday, April 13, 2010

http://hidayatullah.com/opini/pemikiran/11369-memaknai-kegemilangan-islam-dalam-membangkitkan-kejayaan-islam

Umat Islam harus mewujudkan “knowledge culture” dengan ciri-ciri "gigih", "tulus" dan "jujur"

SEJARAH adalah masa lalu manusia. Ia ibarat sesuatu yang tak bergerak, diam, dan membisu. Meski diam, manusia secara naluriah selalu ingin menghasilkan perbaikan-perbaikan dari sejarahnya itu. Dari sanalah muncul peradaban manusia, baik yang terbilang sukses maupun gagal. Islam adalah salah satu yang menghasilkan sejarah terpenting di dunia. Ia telah menorehkan tinta emasnya dalam sejarah dan keilmuan.

Kejayaan Islam di masa lalu bukanlah ilusi, sebab ia termaktub dalam turath dan khazanah-khazanahnya. Walaupun tidak semua umat Islam boleh menikmati khazanah itu ke hadapan mereka karena sebagian besar khazanah itu dahulu pernah diborong oleh penjajah dan sekarang memenuhi perpustakaan-perpustakaan raksasa di Barat yang sifatnya tidak semua orang boleh menyentuhnya.

Umat Islam sejak dua abad terakhir sudah mulai merangkak melihat kembali sejarahnya itu, memperhatikan keunikan-keunikannya, berupaya menyambungkan kembali identitas dirinya dengan sejarah panjangnya melalui kajian-kajian apa adanya. Penelitian-penelitian, seminar-seminar, workshop-workshop secara intensif tentang keislaman tidak bisa dibendung lagi untuk dilakukan, sebab ini adalah hasrat yang kuat dari hati mereka yang mendambakan kejayaan itu wujud lagi di masa depannya. Bagaimana membangkitkan kembali kejayaan Islam?

http://hidayatullah.com/opini/pemikiran/11369-memaknai-kegemilangan-islam-dalam-membangkitkan-kejayaan-islam

Sunday, April 4, 2010

IKHLAS Mengundang Kemudahan HIDUP

Jika Ikhlas Sudah Menjadi kebiasaan, jangan heran kalu hidup menjadi penuh kedamaian dan kasih saying, juga penuh kedamaian dan kasih saying, juga kemudahan dan berbagai kejaiban.


Oleh Wahyu hidayat :: Readers Digest Indonesia


Dengan tersenyum, seorang pria yang tinggal di sebuah kompleks perumahan di Jakarta merelakan dan mengikhlaskan perasaanya begitu mendengar kabar sebuah mobilnya telah hilang dicuri. Dampaknya, ia justru mendapatkan ganti dua buahh mobil dan semuanya baru!


Dengan keikhlasan pemiliknya, sebuah rumah di Depok, Jawa Barat, yang disantroni kelompok pencuri selamat dari aksi penjarahan. Para pencuri tidak mengambil satupun barang yang ada di dalam rumah meski mereka sudah melihat bahkan memegangnya!


Seorang karyawati putus asa karena mendapatkan dua kali surat peringatan akibat target penjualan perusahaannya di Bekasi, Jawa Barat, sebesar Rp 1,5 milyar tidak pernah terkejar. Setelah ia ikhlaskan hatinya, keajaiban pun datang. Hingga setahun kemudian, ia berhasil memberi pemasukan ke perusahaan sebesar Rp. 80 milyar. Ia tak jadi dipecat dan justru dihadiahi berbagai bonus, seperti sebuah rumah, dua kali berangkat umrah, dan melanjutkan sekolah ke S2!


Ketiga kisah tersebut tidaklah mengada-ada. Semuanya merupakan kisah nyata yang dialami orang-orang yang telah menerapkan ’i|mu’ ikhlas dalam kehidupannya, ilmu yang sesungguhnya sudah diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang kita. Tentu kita tidak asing dengan saran seorang teman atau saudara ketika kita tertimpa masalah dengan melontarkan kalimat, “Sudah|ah, ikhlaskan saja .... ”



IKHLAS Mengundang Kemudahan HIDUP